Niat Puasa Ramadhan, Arab, Latin, Arti, Dibaca saat Makan Sahur
JAKARTA, iNews.id - Niat puasa ramadhan menjadi salah satu kunci utama sah tidaknya puasa khususnya di Bulan Ramadhan.
Setiap ibadah pastilah mempunya rukun yang menjadi batasan sah atau tidak sah-nya ibadah tersebut. Begitu juga puasa. Ibadah ini juga punya rukun yang menjadi tolok ukur apakah ibadah puasa sah atau tidak.
Rukun puasa itu hanya ada 2, yakni;
1. Niat, dan
2. Imsak; yakni menahan.
Ahmad Zarkasih dalam bukunya Bekal Ramadhan menjelaskan, niat puasa itu punya syarat-syaratnya. Dalam alMausu’ah al-Fiqhiyah Kuwait (28/21), syarat niat puasa yang disepakati para ulama madzhab itu ada 4 yaitu, 1. Jazm [جزم = [Yakin), 2. Ta’yiin (تعيين = [Ditentukan), 3. Tabyiit [تبييت = [Pengukuhan), 4. Tajdid [تجديد ) Diperbaharui
Jumhur ulama dari kalangan al-Hanafiyah, Syafi’iyyah dan al-Hanabilah sepakat bahwa yang namanya niat Ramadhan itu harus di-update di setiap malam Ramadhan. Tidak cukup hanya niat di awal bulan saja, mesti setiap malam.
نـَوَيْتُ صَوْمَ غـَدٍ عَـنْ ا َدَاءِ فـَرْضِ شـَهْرِ رَمـَضَانِ هـَذِهِ السَّـنـَةِ لِلـّهِ تـَعَالىَ
Lafadz niat tersebut dibuat Imam al-Rafi’i al-Quzwaini (w. 623 H) dari kalangan al-Syafi’iyyah. Beliau menuliskan redaksi niat tersebut dalam kitabnya Fathul-‘Aziz bi Syarhi alWajiz atau biasa yang disebut denagn istilah alSyarhu al-Kabir li al-Rafi’iy (6/293) sebagai implementasi atas syarat-syarat niat tersebut guna memudahkan bagi para muslim ketika ingin berniat puasa Ramadhan.
Redaksi Niat tersebut kembali ditulis ulang oleh Imam al-Nawawi dalam kitabnya Raudhah al-Thalibin yang akhirnya menjadi familiar dan banyak diamalkan kebanyakan muslim.
Saat santap makan sahur, merupakan waktu tepat membaca doa niat puasa Ramadhan. Batas waktu niat puasa Ramadhan ini yakni sampai azan subuh atau sudah masuk fajar. Niat Puasa Ramadhan merupakan salah satu rukun dalam puasa menurut ulama Asy-Syafi'iyah. Sedangkan para ulama Hanafiyah, Malikiyah dan Hanabilah meletakkan niat sebagai syarat puasa.
Niat tempatnya di dalam hati bukan pada lidah. Seorang yang melafazkan niat di lidahnya belum tentu berniat di dalam hatinya. Seorang yang meniatkan di dalam hati tanpa melafadzkannya di lidah, sudah pasti berniat.
Para ulama telah sepakat tentang sunnahnya sahur untuk puasa. Meski demikian, tanpa sahur pun puasa tetap boleh. Disunahkan untuk mengakhirkan makan sahur hingga mendekati waktu shubuh seperti disebutkan dalam hadits berikut:
Dari Abu Zar Al-Ghifari ra. dengan riwayat marfu", ”Umatku masih dalam kebaikan selama mendahulukan buka puasa dan mengakhirkan sahur.(HR Ahmad: 1/547)”
Wallahu A'lam
Editor: Kastolani Marzuki