Perbedaan Kitab dan Suhuf dalam Islam, Begini Penjelasannya
JAKARTA, iNews.id - Perbedaan kitab dan suhuf perlu diketahui agar tidak salah dalam memahaminya. Sebab, selain kitab, ada juga suhuf yang diwahyukan Allah SWT kepada para nabi. Suhuf merupakan pedoman dalam berdakwah seperti suhuf Nabi Ibrahim as dan Musa as.
Pengertian Kitab
Kitab merupakan wahyu Allah SWT yang diturunkan kepada para nabi dan rasul pilihan-Nya untuk diajarkan kepada manusia sebagai pedoman hidup. Wahyu-wahyu Allah tersebut kemudian dikumpulkan dan ditulis.
Dalam Al Qur'an, Allah SWT berfirman:
وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آتَاكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ
Artinya: kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian terhadap kitab-kitab yang lain itu, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yang Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat di antara kalian, Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki, niscaya kalian dijadikan-Nya satu umat (saja), tetapi Allah hendak menguji kalian terhadap pemberian-Nya kepada kalian, maka berlomba-lombalah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah-lah kembali kalian semuanya, lalu diberitahukan-Nya kepada kalian apa yang telah kalian perselisihkan. (QS. Al Maidah: 48)
Ibnu Katisr menjelaskan berkaitan dengan ayat tersebut bahwa setelah Allah SWT menyebutkan perihal kitab Taurat yang diturunkan-Nya kepada Nabi Musa —yang pernah diajak bicara langsung oleh-Nya dan memuji serta menyanjung Kitab Taurat dan memerintahkan agar kitab Taurat diikuti ajarannya —mengingat kitab Taurat layak untuk diikuti oleh mereka—, lalu Allah SWT menyebutkan perihal kitab Injil dan memujinya serta memerintahkan kepada para pemegangnya untuk mengamalkannya dan mengikuti apa yang terkandung di dalamnya, seperti yang telah disebutkan di atas. Kemudian Allah SWT menyebutkan tentang Al-Qur’an yang Dia turunkan kepada hamba dan Rasul-Nya, yaitu Nabi Muhammad Saw.
Ada empat kitab yang diturunkan Allah yakni, Al Qur'an diturunkan kepada Nabi Muhammad SAW, Kitab Injil (Nabi Isa as), Kitab Tauran (Nabi Musa as), dan Kitab Zabur (Nabi Daud as).
Suhuf
Sedangkan suhuf yaitu wahyu allah yang disampaikan kepada nabi dan rasul, tetapi masih berupa lembaran yang terpisah dan tidak dikodifikasi atau dibukukan.
Allah SWT berfirman:
{كَذَلِكَ يُوحِي إِلَيْكَ وَإِلَى الَّذِينَ مِنْ قَبْلِكَ اللَّهُ الْعَزِيزُ الْحَكِيمُ}
Demikianlah Allah Yang Mahaperkasa lagi Mahabijaksana, mewahyukan kepada kamu dan orang-orang yang sebelum kamu. (Asy-Syura: 3)
Yakni sebagaimana Allah telah menurunkan kepadamu Al-Qur'an ini, Dia pun telah menurunkan kitab-kitab dan suhuf-suhuf kepada para nabi sebelum kamu.
Kalau nabi dan rasul terdahulu sedikit berbeda. Nabi Musa misalnya menerima wahyu yang tertulis atau suhuf di atas batu atau disebut dengan ‘luh’, sebagaimana yang tertuang di dalam Al-Quran :
وَكَتَبْنَا لَهُ فِي الْأَلْوَاحِ مِنْ كُلِّ شَيْءٍ مَوْعِظَةً وَتَفْصِيلًا لِكُلِّ شَيْءٍ
Dan telah Kami tuliskan untuk Musa pada luh-luh (Taurat) segala sesuatu sebagai pelajaran dan penjelasan bagi segala sesuatu.(QS. Al-Araf : 145)
Selain Nabi Musa juga ada suhuf Nabi Ibrahim alaihissalam disebutkan dalam Al-Quran :
صُحُفِ إِبْرَاهِيمَ وَمُوسَىٰ
(yaitu) Kitab-kitab Ibrahim dan Musa (QS. Al-Ala : 19)
Pembukuan Al Qur'an
Direktur Rumah Fiqih Indonesia, Ustaz Ahmad Sarwat MA dalam bukunya Sejarah Al-Quran menjelaskan, buku yang pertama kali ditulis dalam sejarah Islam adalah Al-Quran. Pembukuan Al-Quran ini sama sekali tidak ada hubungannya dengan salah satu nama Al-Quran, yaitu Al-Kitab. Maksudnya ketika belum diturunkan, Al-Quran itu tidak berwujud buku, tapi berupa suara Malaikat Jibril yang menirukan kalamullah (perkataan Allah SWT).
Jangan pernah membayangkan Jibril turun membawa sebuah buku bertuliskan ayat-ayat Al-Quran dalam aksara Arab, yang berisi 6.236 ayat, 30 juz dan 114 surat. Apapagi sampai ada terjemahannya berbahasa Indonesia yang sudah direvisi. Tidak, sama sekali tidak.
Jibril tidak bawa apa-apa di tangannya. Dia hanya membacakan Al-Quran dengan suaranya. Lalu didengarkan oleh Nabi Muhammad SAW, masuk ke hati sanubari Beliau SAW dan tersimpan abadi.
Dalam sirah nabawiyah, diceritakan bahwa ketika Nabi SAW turun dari Gua Hira dan pulang menemui Khadijah, Beliau SAW sama sekali tidak membawa apapun di tangannya, entah itu kulit atau batu atau media apapun yang bertuliskan ayat Al Qur'an.
Tidak diceritakan bahwa Khadijah membawa potongan ayat yang baru saja turun. Seandainya memang Jibirl datang membawa benda bertuliskan ayat Al-Quran, pastilah benda itu juga akan dibawa serta dan ditunjukkan kepada sang pendeta.
Namun sejarah sama sekali tidak berbicara tentang ada ayat Al-Quran yang tertulis di atas sebuah media di masa itu. Ini sebuah bukti bahwa wahyu yang turun kala itu memang jelas bukan dalam bentuk tulisan, melainkan hanya dalam wujud suara dan perkataan saja.
Al Qur'an baru dibukukan pada masa Khalifah Utsman bin Affan ra karena banyaknya sahabat yang hafal Al Qur'an wafat dalam perang.
Dr Ghanim Al-Quduri dalam kitabnya, Rasmul Mushaf Dirasah Lughawiyah Tarikhiyah menyebutkan bahwa para shahabat yang diperintahkan untuk menulis wahyu cukup banyak jumlahnya, mencapai 43 orang. Yang paling terkenal adalah Utsman bin Affan, Ali bin Abi Thalib, Zaid bin Tsabit, Ubay bin Ka'ab, Abdullah bin Saad, Hanzhalah ibnu Ar-Rabi’ dan lainnya.
Namun yang paling produktif dan menonjol untuk menuliskan wahyu dari semuanya memang Zaid bin Tsabit.
Wallahu A'lam
Editor: Kastolani Marzuki