Perbedaan Subhanallah dan Masyaallah, Ini Keutamaannya
JAKARTA, iNews.id - Perbedaan Subhanallah dan Masyaallah perlu dipahami agar tidak salah menempatkan ucapan kalimat suci itu. Subhanallah artinya Mahasuci Allah, sedangkan Masyaallah artinya Sungguh Atas Kehendak Allah Semua Ini Terwujud.
Subhanallah diucapkan ketika merasakan beban berat dalam hidup dan dijauhkan dari keburukan. Kalimat Subhanallah diucapkan para malaikat sebagaimana dalam firman Allah SWT:
قَالُوا سُبْحَانَكَ لَا عِلْمَ لَنَا إِلَّا مَا عَلَّمْتَنَا ۖ إِنَّكَ أَنتَ الْعَلِيمُ الْحَكِيمُ
Artinya :
Mereka (Malaikat) menjawab: "Maha Suci Engkau (Allah), tidak ada yang kami ketahui selain dari apa yang telah Engkau ajarkan kepada kami; sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Mengetahui lagi Maha Bijaksana". (QS. Al Baqarah, ayat: 32)
Tafsir Ibnu Katsir :
Ayat ini menerangkan tentang sanjungan para malaikat Allah kepada Allah dengan menyucikan dan membersihkan-Nya dari Semua pengetahuan yang dikuasai oleh seseorang dari ilmu-Nya, bahwa hal itu tidak ada kecuali menurut apa yang dikehendaki-Nya.
Dengan kata lain, tidaklah mereka mengetahui sesuatupun kecuali apa yang diajarkan oleh Allah Swt kepada mereka. Karena itulah para malaikat berkata, “Yang Maha Mengetahui segala sesuatu, Yang Maha Bijaksana dalam ciptaan dan urusan-Mu serta dalam mengajarkan segala sesuatu yang Engkau kehendaki, hanya Engkaulah yang memiliki kebijaksanaan dan keadilan yang sempurna dalam hal ini”.
Ibnu Abu Hatim mengatakan dari Abu Sa’id Al-Asyaj, dari Hafs Ibnu Gayyas, dari hajjaj, dari Ibnu Abu Mulaikah, dari Ibnu Abbas sehubungan dengan makna kalimat subhanallah. Hal itu artinya pujian Allah kepada diri-Nya sendiri yang menyucikan-Nya dari semua keburukan.
Kemudian Umar pernah bertanya kepada Ali, sedangkan teman-teman sahabat Umar berada dihadapannya, “Kalau makna kalimah la ilaha illallah telah kami ketahui, apakah makna subhanallah?”. Ali menjawab “Ia merupakan suatu kalimat yang disukai oleh Allah buat diri-Nya, dan Dia rela serta suka bila diucapkan”.
Adapun Masyaallah yang artinya atas kehendak Allah semua ini terwujud atau terjadi. Masyaallah diucapkan ketika melihat keajaiban dan takjub atas ciptaan Allah SWT, seperti terjadinya gerhana bulan total.
Dalam Al Qur'an, Allah SWT berfirman:
وَلَوْلَآ اِذْ دَخَلْتَ جَنَّتَكَ قُلْتَ مَا شَاۤءَ اللّٰهُ ۙ لَا قُوَّةَ اِلَّا بِاللّٰهِ
Dan mengapa kamu tidak mengucapkan tatkala kamu memasuki kebunmu "Maasyaa Allah, laa quwwata illaa billah" (Sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah). (QS. Al Kahfi, ayat: 39)
Dzikir atau mengingat Allah sangat dianjurkan diucapkan dalam segala hal baik di kala susah maupun senang. Sebab, hanya dengan mengingat Allah hati menjadi tenang.
Allah SWT berfirman:
فَاذْكُرُوْنِيْٓ اَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْا لِيْ وَلَا تَكْفُرُوْنِ
Artinya: Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku ingat (pula) kepadamu, dan bersyukurlah kepada-Ku dan janganlah kamu mengingkari (nikmat)-Ku". (QS. Al baqarah: 152).
Ibnu Abbas menakwilkan ayat tersebut. Disebutkan bahwa makna yang dimaksud ialah ingat Allah kepada manusia jauh lebih banyak daripada ingat manusia kepada-Nya.
Di dalam sebuah hadis sahih disebutkan: Allah Swt. berfirman, "Barang siapa yang ingat kepada-Ku di dalam dirinya, niscaya Aku ingat (pula) kepadanya di dalam diri-Ku; dan barang siapa yang ingat kepada-Ku di dalam suatu golongan, niscaya Aku ingat (pula) kepadanya di dalam golongan yang lebih baik daripada golongannya."
Ada beragam zikir yang sering diamalkan muslim, yakni subhanallah, masyaallah, alhamdulillah, laa ilaaha illallah, allahu akbar. Laa haula walaa quwwata illaa billaahil’aliyyil’azhim.
Namun, ada kisah mengenai asal-usul bacaan zikir tersebut. Dalam Kitab Tanbihul Ghafilin karya Abu al-Layts al-Samarqandi (wafat pada tahun 373H atau 983 M) seperti dikutip dari laman lembagadakwahpbnu, asal mulanya bacaan dzikr menurut Abdullah bin Abbas ra meriwayatkannya yang isinya kurang lebih sebagai berikut.
Ketika Allah menciptakan ‘Arsy, Dia (Allah) memerintahkan kepada sejumlah malaikat untuk memikulnya. Kemudian, mereka merasakannya sebagai sebuah beban yang agak berat.
Karena itu Allah berfirman kepada mereka, “Katakan Subhanallah.” Lalu, para malaikat mengucapkan kalimat itu, hingga ringanlah beban pikulan mereka.
Sejak saat itu mereka mengucapkan kalimat “Subhanallah” tersebut sepanjang zamannya sampai kemudian Allah menciptakan Nabi Adam as.
Ketika Allah menciptakan Adam, Adam as tiba-tiba bersin. Allah mengilhamkan kepadanya agar mengucapkan “alhamdulillah”. Adam pun mengucapkannya. Usai Adam mengucapkan kalimat tersebut, Allah kemudian menjawabnya dengan kalimat, “Yarhamukallah : semoga Allah menyayangimu.
Dengan rahmat serta kasih sayang sajalah maka aku menciptakanmu.” Para malaikat kemudian berkata, “Ini adalah kalimat yang sangat agung, karena itu ia tidak layak untuk dilalaikan.”
Mereka pun kemudian menggabungkan kalimat ini dengan kalimat sebelumnya, sehingga mereka membacanya menjadi “subhanallah walalhamdulillah”. Dengan dua kalimat ini terasa lebih ringan bagi mereka memikul ‘Arsy.
Kemudian dua kalimat ini mereka sebut-sebut dalam zikir mereka sampai Allah SWT mengutus Nabi Nuh as. Umat Nabi Nuh as adalah umat pertama yang menyembah berhala dan menjadikannya sebagai Tuhan.
Kemudian, Allah SWT mewahyukan kepada Nuh as untuk menyampaikan kepada kaumnya kalimat ” laa ilaaha illallah ” tiada tuhan selain Allah’. Nuh pun dengan penuh taat menyampaikan kalimat tersebut kepada kaumnya. Mendengar kalimat ini para malaikat merasa sangat berbahagia
Mereka kemudian menggabungkan kalimat terakhir ini dengan dua kalimat sebelumnya, sehingga mereka membaca sepanjang waktu kalimat-kalimat ” subhanallah walalhamdulillah walaa ilaaha illallah “
Sampailah kemudian Allah mengutus Nabi Ibrahim as Ketika Allah mengutus Nabi Ibrahim as dan memerintahkannya untuk berkorban dan menyembelih seekor domba sebagai ganti dari putranya Ismail as seketika itu dia berkata “allahu akbar” sebagai ungkapan rasa senang dan gembira.
Para malaikat pun berkata, “Sungguh indah kalimat yang keempat ini.” Dan, mereka pun menggabungkan kalimat ini dengan tiga kalimat sebelumnya, sehingga mereka membaca sepanjang zaman kalimat-kalimat : ”subhanallah walalhamdulillah walaa ilaaha illallah wallaahu akbar”
Ketika riwayat ini disampaikan oleh malaikat Jibril as kepada Nabi Muhammad SAW dengan nada takjub Nabi SAW berkata : “laa haula walaa quwwata illaa billaahil’aliyyil’azhim”
Mendengar kalimat tersebut kemudian malaikat Jibril as menggabungkan kalimat terakhir ini dengan empat kalimat sebelumnya sehingga menjadi: “subhanallah walalhamdulillah walaa ilaaha illallah wallaahu akbar walaa haula walaa quwwata illaa billaahil’aliyyil’azhim”.
Adapun keutamaan membaca zikir sebagaimana hadis Nabi SAW:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ مَنْ قَالَ لَا إِلَهَ إِلَّا اللَّهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ لَهُ الْمُلْكُ وَلَهُ الْحَمْدُ وَهُوَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ فِي يَوْمٍ مِائَةَ مَرَّةٍ كَانَتْ لَهُ عَدْلَ عَشْرِ رِقَابٍ وَكُتِبَ لَهُ مِائَةُ حَسَنَةٍ وَمُحِيَتْ عَنْهُ مِائَةُ سَيِّئَةٍ وَكَانَتْ لَهُ حِرْزًا مِنْ الشَّيْطَانِ يَوْمَهُ ذَلِكَ حَتَّى يُمْسِيَ وَلَمْ يَأْتِ أَحَدٌ بِأَفْضَلَ مِمَّا جَاءَ إِلَّا رَجُلٌ عَمِلَ أَكْثَرَ مِنْهُ
Dari Abu Hurairah radliallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam bersabda: "Barang siapa yang membaca laa ilaaha illallahu wahdahuu laa syariika lahuu, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa alaa kulli syaiin qadir Tidak ada ilah (yang berhaq disembah) selain Allah Yang Maha Tunggal tidak ada sekutu bagi-Nya. Milik-Nya kerajaan dan bagi-Nya segala puji dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu sebanyak seratus kali dalam sehari, maka baginya mendapatkan pahala seperti membebaskan sepuluh orang budak, ditetapkan baginya seratus hasanah (kebaikan) dan dijauhkan darinya seratus keburukan dan baginya ada perlindungan dari (godaan) setan pada hari itu hingga petang dan tidak ada orang yang lebih baik amalnya dari orang yang membaca doa ini kecuali seseorang yang mengamalkan lebih banyak dari itu." (HR. Bukhari) [No. 6403 Fathul Bari ] Shahih.
Hingga saat ini kalimat tersebut selalu diucapkan, bahkan mungkin sampai akhir zaman. Tanda kiamat kubro adalah sudah tidak terdengarnya lafaz Allah SWT di alam bumi ini, baik dari dzikir atau orang adzan sehingga tidak ada yang mendirikan sholat dan seterusnya.
Wallahu A'lam
Editor: Kastolani Marzuki