Sejarah Perayaan Idul Fitri pada Zaman Nabi Muhammad, Umat Islam Wajib Tahu
JAKARTA, iNews.id - Sejarah perayaan Idul Fitri pada zaman Nabi Muhammad menjadi khazanah yang menarik untuk disimak. Umat Islam saat ini telah menjalani puasa Ramadhan 1444 H yang nantinya akan ditutup dengan hari raya Idul Fitri.
Idul Fitri 2023 diperkirakan akan jatuh antara tanggal 22-23 Maret. Idul Fitri menjadi salah satu perayaan terpenting dalam Islam.
Hari Raya ini juga dijadikan sebagai momentum bagi setiap Muslim untuk bersilaturahmi dengan keluarga, kerabat, tetangga, dan sesama. Perayaan hari besar tersebut telah berlangsung sejak zaman Nabi Muhammad dan menjadi salah satu tradisi tersendiri dalam Islam.
Menjelang perayaan Idul Fitri, umat Islam diwajibkan menunaikan zakat fitrah untuk dibagikan kepada para mustahik (orang-orang penerima zakat). Perayaan yang dilakukan pada 1 Syawal ini ditandai dengan dilaksanakannya shalat Idul Fitri sebagai bentuk syukur dan rasa kemenangan setelah melalui bulan Ramadhan.
Tradisi Idul Fitri di setiap belahan dunia akhirnya juga menjadi semakin beragam. Misalnya pada dinasti Abbasiyah, perayaan Idul Fitri dilakukan dengan rangkaian kegiatan meriah selama tiga hari dan diakhiri dengan menyantap beraneka ragam makanan halal.
Cara merayakan Idul Fitri juga berbeda setiap di setiap zaman. Tetapi, semangat yang diusung kaum Muslim tentu tetap sama, yakni semakin menguatkan solidaritas antarsesama.
Sejarah Idul Fitri erat kaitannya dengan hari kemenangan dan berakhirnya bulan Ramadhan. Sejarah hari raya Idul Fitri tidak bisa lepas dari dua peristiwa, yaitu peristiwa perang Badar dan hari raya masyarakat jahiliyah.
Dikutip iNews.id dari laman NU, awal mula dilaksanakannya perayaan hari raya Idul Fitri terjadi pada tahun ke-2 hijriah. Momen tersebut bertepatan dengan kemenangan kaum Muslimin dalam perang Badar.
Kemenangan tersebut boleh dikatakan menjadi sejarah di balik nuansa histeria dan suka cita saat Idul Fitri. Perayaan tersebut adalah simbol perjuangan para sahabat dalam meraih kemenangan dan menjayakan Islam.
Oleh sebab itu, secara tidak langsung umat Islam merayakan dua kemenangan, yaitu kemenangan atas dirinya yang telah berhasil berpuasa satu bulan penuh dan kemenangan dalam perang badar.
Selain momen Perang Badar, ada tradisi yang berhubungan dengan Idul Fitri datang sebelum Islam. Dahulu, masyarakat Arab jahiliyah memiliki dua hari besar yang dirayakan dengan sangat meriah. Sebuah hadits menjelaskan bahwa asal-usul disyariatkannya Hari Raya ternyata tidak lepas dari tradisi orang jahiliyah yang mempunyai kebiasaan khusus untuk merayakan dua hari besar tersebut untuk berpesta.
Perayaan kaum jahiliyah tersebut disebut dengan hari Nairuz dan Marjaan atau Mihrajan. Setelah Islam datang, Rasulullah lantas hari yang dirayakan dengan pesta pora tersebut menjadi hari yang lebih baik, dengan perayaan yang lebih baik pula, yakni Idul Fitri dan Idul Adha.
"Dari Anas bin Malik, Rasulullah bersabda: Kaum jahiliyah dalam setiap tahunnya memiliki dua hari yang digunakan untuk bermain. Ketika Nabi Muhammad datang ke Madinah, Rasulullah bersabda: Kalian memiliki dua hari yang biasa digunakan bermain, sesungguhnya Allah telah mengganti dua hari itu dengan hari yang lebih baik, yaitu Idul Fitri dan Idul Adha." (HR Abu Dawud dan An-Nasa’i)
Dikatakan, bahwa Nairuz dan Marjaan adalah hari raya orang-orang Persia kuno. Setelah turunnya kewajiban puasa Ramadhan, Rasulullah mengganti Nairuz dan Marjaan menjadi hari Idul Fitri dan Idul Adha.
Tujuannya, agar umat Islam memiliki tradisi yang lebih baik dan sejalan dengan apa yang disyariatkan oleh Allah Subhanahu Wa Ta'ala.
Dari Abdullah bin Umar, Rasulullah bersabda: Barang siapa membangun negeri kaum ajam (selain Arab), kemudian merayakan hari-hari Nairuz dan Mihrajan mereka, serta meniru mereka hingga ia mati dalam keadaan seperti itu, maka ia akan dibangkitkan bersama mereka pada hari kiamat. (Imam al-Baihaqi, As-Sunanul Kubra)
Pada hari raya Idul Fitri, Allah SWT juga menjanjikan ampunan bagi orang-orang yang melaksanakan ibadah salat hari raya Idul Fitri. Sebuah hadist mengatakan bahwa:
“Diriwayatkan dari Ibnu Mas’ud dari Nabi Muhammad, bahwa Nabi bersabda: ketika umat Nabi melaksanakan puasa pada bulan Ramadhan dan mereka keluar untuk melaksanakan shalat Idul Fitri, maka Allah berfirman: Wahai Malaikatku, setiap yang telah bekerja akan mendapatkan upahnya. Dan hamba-hambaku yang telah melaksanakan puasa Ramadhan dan keluar rumah untuk melakukan shalat Idul Fitri, serta memohon upah (dari ibadah) mereka, maka saksikanlah bahwa sesungguhnya aku telah memaafkan mereka.