Cara Menentukan Awal Ramadhan dan Idul Fitri
JAKARTA, iNews.id - Bagaimana cara menentukan awal Ramadhan dan Idul Fitri? Apa metode yang digunakan dalam penentuan tersebut?
Penentuan awal bulan Ramadhan dan Syawal atau Idul Fitri selalu menjadi perhatian besar umat Islam. Pasalnya, bulan Ramadhan adalah bulan yang suci, sedangkan awal bulan Syawal berkaitan dengan berakhirnya puasa Ramadhan dan masuknya hari raya Idul Fitri.
Namun jika ditelaah, penentuan awal dua bulan tersebut sama seperti bulan-bulan lain dalam kalender Hijriah. Sebagaimana yang telah diketahui, terdapat dua metode yang biasa digunakan.
Adapun penjelasan dari masing-masing metode tersebut adalah sebagai berikut.
Dilansir dari situs Kementerian Agama (Kemenag), Selasa (14/3/2023), hilal adalah bulan sabit muda pertama yang bisa diamati setelah terjadinya konjungsi pada arah matahari terbenam.
Sedangkan rukyatul hilal merupakan aktivitas mengamati hilal ketika matahari terbenam di setiap tanggal 29 bulan Qamariyah dalam kalender Hijriah.
Dasar dari metode ini adalah firman Allah SWT yang berbunyi:
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ فَمَنْ شَهِدَ مِنْكُمُ الشَّهْرَ فَلْيَصُمْهُ ۗ وَمَنْ كَانَ مَرِيْضًا اَوْ عَلٰى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ اَيَّامٍ اُخَرَ ۗ يُرِيْدُ اللّٰهُ بِكُمُ الْيُسْرَ وَلَا يُرِيْدُ بِكُمُ الْعُسْرَ ۖ وَلِتُكْمِلُوا الْعِدَّةَ وَلِتُكَبِّرُوا اللّٰهَ عَلٰى مَا هَدٰىكُمْ وَلَعَلَّكُمْ تَشْكُرُوْنَ
Artinya: Bulan Ramadhan adalah (bulan) yang di dalamnya diturunkan Al-Qur'an, sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang benar dan yang batil). Karena itu, barangsiapa di antara kamu ada di bulan itu, maka berpuasalah. Dan barangsiapa sakit atau dalam perjalanan (dia tidak berpuasa), maka (wajib menggantinya), sebanyak hari yang ditinggalkannya itu, pada hari-hari yang lain. Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran bagimu. Hendaklah kamu mencukupkan bilangannya dan mengagungkan Allah atas petunjuk-Nya yang diberikan kepadamu, agar kamu bersyukur. (QS. Al Baqarah: 185)
Lebih lanjut, terdapat ketentuan yang menyatakan bahwa paling tidak terdapat satu saksi yang shalih dalam melihat hilal Ramadhan. Hal ini sesuai dengan hadits Ibnu Umar ra yang berbunyi, “Orang-orang berusaha untuk melihat hilal, kemudian aku beritahukan kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa aku telah melihatnya. Kemudian beliau berpuasa dan memerintahkan orang-orang agar berpuasa.”
Sementara itu, paling tidak terdapat dua orang yang shalih untuk melihat hilal bulan Syawal. Penjelasan tersebut sesuai dengan pendapat mayoritas ulama.
“Berpuasalah kalian karena melihatnya, berbukalah kalian karena melihatnya dan sembelihlah kurban karena melihatnya pula. Jika -hilal- itu tertutup dari pandangan kalian, sempurnakanlah menjadi tiga puluh hari, jika ada dua orang saksi, berpuasa dan berbukalah kalian.”
Akan tetapi jika hilal masih belum terlihat sampai hari ke-29, maka umat Islam diperintahkan untuk menyempurnakan bulan Syaban dan Ramadan sampai 30 hari.
Rasulullah SAW bersabda, ”Apabila bulan telah masuk kedua puluh sembilan malam (dari bulan Sya’ban, pen). Maka janganlah kalian berpuasa hingga melihat hilal. Dan apabila mendung, sempurnakanlah bulan Sya’ban menjadi tiga puluh hari.”
Metode kedua untuk menentukan awal Ramadhan, Syawal, dan bulan-bulan lain dalam kalender Hijriah adalah hisab. Metode ini menggunakan perhitungan peredaran bulan sebagai patokannya.
Dasar dari penggunaan metode ini sesuai dengan firman Allah SWT, “Dia-lah yang menjadikan matahari bersinar dan Bulan bercahaya dan ditetapkan-Nya manzilah-manzilah (tempat-tempat) bagi perjalanan Bulan itu, supaya kamu mengetahui bilangan tahun dan perhitungan (waktu).” (QS. Yunus: 5).