Keutamaan Sholat Isyraq, Niat dan Tata Caranya Lengkap dengan Doa
JAKARTA, iNews.id - Selain diperintahkan menjalankan sholat wajib lima waktu sehari, Muslim juga dianjurkan untuk mengerjakan sholat sunah. Salah satunya yakni sholat isyraq.
Habib Novel Jufry menjelaskan, dinamakan sholat Isyraq atau Syuruq karena pelaksanaannya berkaitan dengan matahari terbit.
Namun, sholat ini dilaksanakan tidak bertepatan saat matahari baru terbit. Sholat Isyraq dikerjakan setelah matahari terbit dan naik setinggi 1 tombak atau jika diperkirakan dengan hitungan menit sekitar 15-20 menit setelah matahari terbit.
Pahala menjalankan sholat Isyraq ternyata besar seperti pahala haji dan umrah dengan sempurna. Dalil yang menunjukkan keutamaan sholat Isyraq ini yakn hadits Nabi SAW:
Hadits Pertama:
عَنْ أَنَسِ بْنِ مَالِكٍ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- « مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِى جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ ». قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ –صلى الله عليه وسلم- « تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ »
Dari Anas bin Malik radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah bersabda: “Barangsiapa Mengerjakan Sholat Shubuh Berjamaah, lalu dia duduk Berdzikir sampai matahari Terbit, Kemudian Mengerjakan Shalat 2 Rakaat, maka ia akan Mendapatkan Pahala Haji dan Umrah. Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam mengatakan, “sempurna, Sempurna, Sempurna (Pahalanya).”
(HR. At-Tirmidzi II/481 no.586)
Hadits Kedua:
عَنْ أَبِي أُمَامَةَ، قَالَ: قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمْ:”مَنْ صَلَّى صَلاةَ الصُّبْحِ فِي مَسْجِدِ جَمَاعَةٍ يَثْبُتُ فِيهِ حَتَّى يُصَلِّيَ سُبْحَةَ الضُّحَى، كَانَ كَأَجْرِ حَاجٍّ، أَوْ مُعْتَمِرٍ تَامًّا حَجَّتُهُ وَعُمْرَتُهُ”.
Dari Abu Umamah Radhiyallahu anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Barangsiapa yang Mengerjakan Sholat Shubuh di Masjid secara Berjamaah, lalu dia tetap berada di dalam Masjid sampai melaksanakan shalat sunnah (di waktu, pent) Dhuha, Maka (Pahala) Amalannya itu seperti Pahala Orang yang Menunaikan ibadah Haji atau Umroh secara Sempurna.” (HR. Thobroni VIII/154 no.7663).
Hadits-hadits tersebut dapat diyakini kebenarannya dari Nabi shallallahu alaihi wa sallam dan dijadikan hujjah atau landasan hukum dalam melakukan amal ibadah.
Habib Novel menjelaskan, sebagian ulama mengatakan sholat Isyraq adalah bagian dari sholat Dhuha karena dilakukan di awal waktu Dhuha dan waktunya hanya sebentar, tidak spt waktu sholat Dhuha.
"Jadi, jika dikerjakan di awal waktu Dhuha Maka disebut sholat Isyroq / Syuruq," katanya.
Niat dan Tata Cara Sholat Isyraq
Cara melaksanakan shalat Isyroq atau Syuruq sama dengan sholat-sholat sunnah lain yang dikerjakan sebanyak dua rokaat.
Berikut Niat Sholat Isyraq:
Dalam kitab Nihayatuzzain seperti dikutip dari islami.co, niat sholat Isyraq yakni:
أُصَلِّيْ سُنَّةَ اْلِإشْرَاقِ رَكْعَتَيْنِ لِلهِ تَعَالَى
Usholli sunnatal isyrooqi rok’ataini lillaahi ta’aala
Artinya: “Aku berniat melakukan shalat sunnah Isyraq dua raka’at karena Allah Ta’ala”.
Pada rakaat pertama setelah Al-Fatihah dianjurkan mambaca surat Ad-Dhuha dan rakaat kedua dianjurkan membaca surat al-Insyirah.
Selanjutnya, sesudah salam, dianjurkan membaca doa sebagai berikut:
اللهم يَانُوْرَ النُّوْرِ بِالطُّوْرِ وَكِتَابٍ مَسْطُوْرٍ فِيْ رَقٍّ مَنْشُوْرٍ وَالْبَيْتِ الْمَعْمُوْرِ أَسْأَلُكَ أَنْ تَرْزُقَنِيْ نُوْرًا أَسْتَهْدِيْ بِهِ إِلَيْكَ وَأَدُلُّ بِهِ عَلَيْكَ وَيَصْحَبُنِيْ فِيْ حَيَاتِيْ وَبَعْدَ الْإِنْتِقَالِ مِنْ ظَلَامِ مِشْكَاتِيْ وَأَسْأَلُكَ بِالشَّمْسِ وَضُحَاهَا وَنَفْسٍ وَمَا سَوَّاهَا أَنْ تَجْعَلَ شَمْسَ مَعْرِفَتِكَ مُشْرِقَةً بِيْ لَايَحْجُبُهَا غَيْمُ الْأَوْهَامِ وَلَا يَعْتَرِيْهَا كُسُوْفُ قَمَرِ الْوَاحِدِيَّةِ عِنْدَ التَّمَامِ بَلْ أَدِمْ لَهَا الْإِشْرَاقَ وَالظُّهُوْرَ عَلَى مَمَرِّ الْأَيَّامِ وَالدُّهُوْرِ وَصَلِّ اللهم عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ خَاتِمِ الْأَنْبِيَاءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ اللهم اغْفِرْ لَنَا وَلِإِخْوَانِنَا فِيْ اللهِ أَحْيَاءً وَأَمْوَاتًا أَجْمَعِيْنَ
Allahumma yaa nuuron nuuri bith-thuuri wa kitaabim masthuurin fii riqqin mansyuurin wal baitl ma’muuri, as`aluka an tarzuqonii nuuron astahdii bihi ilaika wa adallu bihi ‘alaika wa yashhabunii fii hayaatii wa ba’dal intiqooli min dzolaami misykaatii, wa as`aluka bisy-syamsi wa dluhaaha wa nafsin maa siwaahaa an taj’ala syamsa ma’rifatika musyriqotan bii laa yahjubuhaa ghoimul auhaami walaa ya’tariihaa kusuufu qomaril waahidiyyah ‘indat tamaami bal adim lahaal isyrooqo wadz-dzuhuuro ‘alaa mamarril ayyaami wad-duhuuri. Wa shalli Allahumma ‘alaa sayyidinaa Muhammadin khootamil anbiyaa`I wal mursaliina walhamdu lillaahi Rabbil ‘aalamiina. Allahummaghfir lanaa waliwaalidiina wa liikhwaaninaa fillaahi ahyaa`an wa amwaatan ajma’iina.
Artinya: “Ya Allah, Wahai Cahayanya Cahaya, dengan wasilah bukit Thur dan Kitab yang ditulis pada lembaran yang terbuka, dan dengan wasilah Baitul Ma’mur, aku meminta kepadaMu agar Engkau memberiku cahaya, yang dengannya aku dapat mencari petunjukMu, dan dengannya aku menunjukkan tentangMu. Dan yang terus-menerus mengiringiku dalam kehidupanku dan setelah berpindah (ke alam lain; bangkit dari kubur) dari kegelapan liang (kubur) ku. Dan aku meminta padaMu dengan wasilah matahari beserta cahayanya di pagi hari, dan kemulyaan yang wujud pada selain matahari, agar Engkau menjadikan matahari ma’rifat padaMu (yang ada padaku) bersinar menerangiku, tidak tertutup oleh mendung-mendung keraguan, tidak pula terlintasi gerhana pada rembulan kemaha-esaan dikala purnama. Tapi jadikanlah padanya selalu bersinar dan selalu tampak, seiring berjalannya hari dan tahun. Dan berikanlah rahmat ta’dzim Wahai Allah kepada junjungan kami Muhammad, sang pamungkas para nabi dan Rasul. Dan segala Puji hanya milik Allah tuhan penguasa alam. Ya Allah ampunilah kami, kedua Orang tua kami serta kepada saudara-saudara kami seagama seluruhnya, baik yang masih hidup ataupun yang telah meninggal”.
Wallahu A'lam.
Sumber: PISS.KTB
Editor: Kastolani Marzuki