JAKARTA, iNews.id - Tanggal baik menikah di Bulan Syawal 2023 perlu muslim ketahui karena ada keistimewaannya. Syawal merupakan bulan ke-10 pada kalender Hijriah.
Syekh Alamud Din As-Sakhawi di dalam kitabnya Al-Masyhurfi Asmail Ayyam wasy Syuhur sebagaiman disebutkan dalam Tafsir Ibnu Katsir dijelaskan, Syawal berasal dari kata syalatil ibilu aznabaha lit taraq yang artinya unta itu mengangkat ekornya untuk kawin. Jika kata Syawal dijamakkan menjadi syawawil dan syawalat.
Kumpulan Doa Agar yang Masih Melajang Segera Menikah, Cek di Sini!
Kata “Syawal” berasal dari bahwa Arab, yaitu syala yang berarti irtafa’a, naik atau meninggi. Orang Arab biasa berkata, syala al-mizan (naik timbangan), idza irtafa’a (apabila ia telah meninggi).
Dilansir dari laman kemenag, Ibnu Manzur dalam Lisanul Arab-nya menegaskan, Syawal berasal dari perkataan Syalat an-naqah bi dzanabiha, dengan makna senada, yakni unta betina yang menegakkan ekornya.
5 Peristiwa Sejarah Islam di Bulan Syawal, Nomor 4 Waktu Sunnah untuk Menikah
Para ahli bahasa terdahulu menyandarkan riwayat penamaan itu pada peristiwa yang biasa terjadi di bulan ini. Fenomena itu dikenal dengan istilah Tasywil laban al-ibil, alias kondisi susu unta yang sedikit. Karena itu, Syawal diambil dari kata Syawwala yang bermakna "menjadi lebih sedikit dari sebelumnya."
Tanggal Baik Menikah di Bulan Syawal 2023
Menikah merupakan salah satu sunnah Nabi SAW yang memiliki banyak keutamaan di dalamnya. Dalam islam, tanggal baik menikah di Bulan Syawal sebenarnya tidak ada ketentuan khusus. Namun, dianjurkan untuk tidak menggelar pernikahan di tanggal 1 Syawal.
15 Keutamaan Bulan Syawal dan Amalannya Beserta Dalil, Nomor 2 Pahalanya Setara 1 Tahun
Sebab, tanggal 1 Syawal merupakan Hari Raya Idul Fitri yang diharamkan untuk berpuasa. Sedangkan pernikahan identik dengan pesta jamuan makanan yang merupakan bentuk rasa syukur.
Sedangkan hari yang baik untuk menikah dalam Islam yakni pada hari Jumat. Sebab, di dalam hari Jumat terdapat suatu saat yang tiada seorang hamba pun yang beriman dapat menjumpainya, sedangkan ia dalam keadaan memohon kebaikan kepada Allah di dalamnya, melainkan Allah akan mengabulkan apa yang dimintanya. Hal ini telah dibuktikan oleh banyak hadis sahih yang menceritakannya.
، عَنْ قَرْثَع الضَّبِّيِّ، حَدَّثَنَا سَلْمَانُ قَالَ: قَالَ أَبُو الْقَاسِمِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَا سَلْمَانُ، مَا يَوْمُ الْجُمُعَةِ؟ ". قُلْتُ: اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ. فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: "يَوْمٌ جُمع فِيهِ أَبَوَاكَ -أَوْ أَبُوكُمْ"
Dari Qursa' Ad-Dabbi, telah menceritakan kepada kami Salman, bahwa Abul Qasim Saw. pernah bersabda, "Hai Salman, apakah hari Jumat itu?" Salman menjawab, "Allah dan Rasul-Nya lebih mengetahui." Maka Rasulullah Saw. bersabda: Hari Jumat itu adalah hari yang padanya Allah menghimpunkan kedua orang tuamu, atau orang tuamu.
Menurut sebagian riwayat, kata Jumat diambil dari kata jama’a yang artinya berkumpul. Yaitu hari perjumpaan atau hari bertemunya Nabi Adam dan Siti Hawa di Jabal Rahmah. Kata Jumat juga bisa diartikan sebagai waktu berkumpulnya umat muslim untuk melaksanakan kebaikan shalat Jumat.
- Sumatra
- Jawa
- Kalimantan
- Sulawesi
- Papua
- Kepulauan Nusa Tenggara
- Kepulauan Maluku