Tata Cara Sholat Lailatul Qadar, Adakah Tuntunanya dari Rasulullah SAW?
“Ketika memasuki sepuluh malam terakhir (Ramadhan), Rasulullah (SAW) tetap terjaga di malam hari (untuk sholat dan beribadah), membangunkan keluarganya, dan mempersiapkan diri untuk beribadah (dengan lebih semangat).” (HR. Muslim)
مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Artinya: "Siapa yang mengerjakan ibadah pada malam Qadar dengan iman dan ikhlas, maka diampuni dosanya yang telah lalu. Dan siapa yang berpuasa di bulan Ramadhan, dengan iman dan ikhlas, maka diampuni dosanya yang telah lalu". (Hadits Shahih, riwayat al-Bukhari: 1768 dan Muslim: 1268).
Dari sanalah, sebagian umat Muslim menyimpulkan bahwa Rasulullah SAW mengerjakan sholat Lailatul Qadar pada 10 malam terakhir di bulan Ramadhan. Namun perlu diketahui bahwa sholat ini nyatanya masih banyak diperdebatkan di kalangan ulama.
Hal itu lantaran tidak ada satupun hadits shahih yang menyebut adanya istilah ‘sholat Lailatul Qadar’. Dengan kata lain, Rasulullah SAW juga tidak pernah memerintahkan umatnya untuk melaksanakan sholat Lailatul Qadar.