Lanjutan Khutbah I
Sebagai umat Islam, kita wajib meyakini bahwa semua musibah ini bukan karena kehendak atau murka alam semesta, karena alam semesta adalah benda mati yang tidak memiliki kehendak dan keinginan sama sekali, tetapi kita meyakini bahwa semua ini terjadi dengan kehendak dan taqdir pencipta alam semesta yaitu Allah subhanahu wata’aalaa. Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda:
مَاشَاءَ اللهُ كَانَ وَمَا لَمْ يَشَأْ لَمْ يَكُنْ
Maknanya: Apa pun yang dikehendaki oleh Allah (pada azal) maka pasti terjadi dan apa yang tidak dikehendaki oleh Allah pada azal maka pasti tidak terjadi.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Bagi kita (seorang muslim) datangnya musibah dapat dimaknai dengan dua makna; ujian atau adzab dari Allah ta’aalaa.
Pertama: musibah-musibah ini dapat dimaknai sebagai ujian dari Allah ta’aalaa untuk meningkatkan derajat kita. Apabila kita mampu menahan hawa nafsu untuk bersabar dengan ridla terhadap kehendak dan taqdir Allah tersebut, maka Allah akan meningkatkan derajat kita di akhirat. Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda:
مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ
Maknanya: “Barang siapa yang Allah kehendaki kebaikan maka Allah akan menimpakan musibah kepadanya” (HR al Bukhari)
Berdasarkan hadits ini dapat dipahami bahwa apabila Allah mencintai seseorang maka Allah akan menimpakan musibah kepadanya. Semakin tinggi derajat seseorang maka semakin berat musibah yang ditimpakan pada mereka, sehingga dalam hadits yang lain, Rasulullah shallallahu ‘alayhi wasallam bersabda:
أَشَدُّ النَّاسِ بَلاَءً اْلأَنْبِيَاءُ ثُمَّ اْلأَمْثَالُ فَاْلاَمْثَالُ يُبْتَلَى الرَّجُلُ عَلَى حَسَبِ دِيْنِهِ
Maknanya: “Manusia yang paling berat bala’ (musibahnya) adalah para nabi kemudian orang-orang yang semisalnya, kemudian orang-orang yang semisalnya, seseorang diuji berdasarkan tingkatan agamanya”
Dalam hadits lain Rasulullah bersabda:
إِنَّ عُظْمَ اْلجَزَاءِ مَعَ عُظْمِ اْلبَلاَءِ، وَإِنَّ اللهَ تَعَالَى إِذَا أَحَبَّ قَوْمًا ابْتَلاَهُمْ، فَمَنْ رَضِيَ فَلَهُ الرِّضَى، وَمَنْ سَخَطَ فَلَهُ السُّخْطُ
Maknanya: “Sesungguhnya besarnya balasan itu seimbang dengan besarnya bala’, dan sesungguhnya apabila Allah mencintai suatu kaum maka Allah pasti menguji mereka, maka barang siapa ridla terhadap ujian itu, ia akan mendapat ridla Allah dan barang siapa marah terhadapnya maka ia akan mendapat murka Allah”.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Berdasarkan beberapa hadits di atas dapat dipahami bahwa musibah yang berarti ujian adalah musibah yang ditimpakan kepada umat Islam yang taat kepada Allah ta’aalaa, sebagai media untuk meningkatkan derajat mereka menurut Allah ta’aalaa.
Ma’asyiral muslimin rahimakumullah
Kedua: musibah-musibah tersebut dapat dimaknai sebagai adzab Allah yang dimajukan di dunia sebelum adzab yang lebih pedih di akhirat.
Karena meskipun secara umum adzab atas dosa umat Muhammad akan ditimpakan di akhirat, namun ada beberapa dosa yang adzabnya dimajukan di dunia.
- Sumatra
- Jawa
- Kalimantan
- Sulawesi
- Papua
- Kepulauan Nusa Tenggara
- Kepulauan Maluku