Hari Film Nasional, Ini Deretan Film Indonesia yang Go Internasional
JAKARTA, iNews.id - Hari Film Indonesia (HFN) 2018 jatuh pada hari ini, Jumat (30/3/2018). Setiap tanggal 30 Maret, selalu diperingati sebagai HFN sejak tahun 1950.
Alasan di balik pemilihan tanggal ini sebagai Hari Film Nasional adalah karena karena tanggal 30 Maret 1950 adalah hari pertama pengambilan gambar film Darah & Doa atau Long March of Siliwangi yang disutradarai oleh Usmar Ismail.
Industri perfilman Indonesia sendiri dari tahun ke tahun semakin bertumbuh. Tak hanya diapresiasi oleh negeri sendiri, tetapi juga dilirik masyarakat internasional. Buktinya, beberapa film Indonesia telah tayang di luar negeri, bahkan beberapa di antaranya mendapatkan penghargaan internasional bergengsi.
Ini dia deretan film-film baru Indonesia yang go internasional, seperti dirangkum iNews.id, Jumat (30/3/2018).
Istirahatlah Kata-kata (2017)
Istirahatlah Kata-kata merupakan film fiksi sejarah produksi tahun 2017 yang disutradari oleh Yosep Anggi Noen. Mengisahkan tentang Wiji Thukul, sosok aktivis yang hilang di masa orde baru, Istirahatlah Kata-kata dibintangi Gunawan Maryanto dan Marissa Anita.
Film yang tayang awal 2017 ini meraih penghargaan internasional Love is Folly dari juri di ajang Film Festival Love is Folly di Bulgaria pada 25 Agustus-3 September 2017. Penghargaan ini merupakan penghargaan tertinggi kedua setelah Grand Prix Award.
Pengabdi Setan (2017)
Pengabdi Setan merupakan film Indonesia bergenre horor yang meraih sukses besar. Film garapan sutradara Joko Anwar yang merupakan adaptasi dari film tahun 1980 berjudul sama ini dibintangi oleh Tara Basro, Dimas Aditya, Bront Palarae, Endy Arfian, Ayu Laksmi, dan lainnya. Film berdurasi 107 menit ini juga tampil di Malaysia, Singapura, dan kabarnya diputar di Jepang, serta Amerika Serikat.
Turah (2016)
Turah merupakan film drama Indonesia berbahasa Tegal produksi Fourcolours yang diproduksi tahun 2016. Disutradarai Wicaksono Wisnu Legowo, Turah menceritakan tentang kehidupan masyarakat Kampung Tirang di Kota Tegal yang mengalami isolasi selama bertahun-tahun, di sinilah adanya konflik pada film berdurasi 83 menit ini.
Kerennya, di tahun yang sama, film ini memenangi 3 kategori sekaligus; Geber Award dan Netpac Award dalam Jogja-Netpac Asian Film Festival. Sedangkan kategori Asian Feature Film Special Mention diraih dalam Singapore International Film Festival.
Sekala Niskala (2018)
The Seen And Unseen atau Sekala Niskala merupakan film Indonesia yang disutradarai oleh sutradara perempuan, Kamila Andini. Film ini mengisahkan tentang kisah dua anak kembar, yakni perempuan dan laki-laki. Di film ini, konflik dimulai ketika Tantri mengetahui bahwa saudara kembarnya yang bernama Tantra menderita penyakit yang akan membuat nyawanya hilang.
Film yang dibintangi Ayu Laksmi, Ida Bagus Putu Radithya Mahijasena, Ni Kadek Thaly Titi Kasih, I Ketut Rina, serta Happy Salma telah tayang di Busan International Film Festival, Toronto International Film Festival, serta Jogja-NETPAC Asian Film Festival. Sekala Niskala juga pernah mendapatkan kemenangan dalam nominasi Festival Film Tempo 2017, Grand Prize di Tokyo FILMeX International Film Festival 2017 serta memperoleh Best Youth Feature Film di Asia Pacific Screen Awards 2017.
Marlina si Pembunuh dalam Empat Babak (2017)
Film ini memiliki judul bahasa Inggris Marlina: The Murderer in Four Acts. Disutradarai Mouly Surya, film ini mengisahkan tentang seorang perempuan bernama Marlina yang dibintangi Marsha Timothy yang mencari keadilan untuknya di Tanah Sumba. Mengambil keindahan pemandangan Sumba, film ini diputar di 18 negara termasuk Amerika Serikat, Kanada, negara di Eropa dan Asia Tenggara.
Sebelum ditayangkan di Indonesia, Marlina The Murderer in Four Acts ditampilkan di berbagai festival film internasional. Film ini diputar perdana di Directors Fortnight Festival Film Cannes 2017. Selain Festival Film Cannes, Marlina The Murderer in Four Acts juga masuk seleksi New Zealand International Film Festival dan Melbourne Film Festival serta Toronto International Film Festival.
Editor: Vien Dimyati