Kisah Artis Legendaris Sofia WD, Intelijen Veteran Perang Berpangkat Sersan Mayor
Namun beberapa waktu kemudian suami Sofia ditangkap dan dibunuh pemberontak Daarul Islam/Tentara Islam Indonesia (DI/TII), pada 3 Oktober 1947. Kematian Eddy sangat tragis. Dia dibunuh dengan cara dimasukkan ke dalam keranjang bambu, lalu ditusuk-tusuk pakai bambu runcing dan dihanyutkan ke Sungai Cimanuk, Garut.
Mendengar kematian sang suami, Sofia sangat terpukul. Sofia kemudian melarikan diri ke Bandung bersama anak-anaknya.
Untuk masuk ke Bandung, Sofia harus menyamar sebagai istri tukang minyak. Saat itu, Bandung telah dikuasai Belanda.
Sesampainya di Bandung Sofia memutuskan menetap bersama mertuanya. Untuk menyambung hidup, dia kemudian berjualan nasi kecil-kecilan.
Masih terpukul dengan kematian sang suami, dia memutuskan keluar dari militer. Hidup menjanda mempertemukan Sofia dengan rombongan artis yang mampir di warung nasinya.
Memiliki wajah cantik, Sofia diajak bergabung ikut manggung. Sofia pun pindah ke Jakarta. Pada Desember 1948, aktor kenamaan Ramli Rasyid mengajaknya bermain film Air Mata Mengalir di Citarum.
Saat film itu tayang banyak rekan-rekan seperjuangan Sofia bangga dan terharu karena jalan cerita film tersebut mirip dengan kisah hidup Sofia bersama almarhum suaminya Kapten Eddy. Sejak itu kariernya terus menanjak.
