Kisah Ferry Sunarto dari Ready to Wear hingga Menduniakan Kebaya
JAKARTA, iNews.id - Telah dua dekade desainer busana ternama Tanah Air, Ferry Sunarto berkiprah di industri fashion Indonesia. Terkenal dengan rancangan busana-busana kebaya yang modern dan unik, Ferry mendapatkan banyak tantangan selama 20 tahun berkarier di industri ini. Terutama saat memperkenalkan busana kebaya Indonesia yang modern ke mata dunia.
Berangkat dari sekolah mode Taipei Fashion School, Ferry memulai karier sebagai desainer dengan membuat busana-busana siap pakai atau ready to wear yang di luar dari keinginan pribadinya. Demi menuruti kemauan orangtua, pria kelahiran Bandung ini menggeluti usaha busana lini ready to wear.

"Dulu 20 tahun yang lalu, saya sering cerita bahwa ayah saya ingin saya itu produksi massal. Saya ingin mewujudkan keinginan orangtua, akhirnya saya membuat ready to wear dengan concern di sana tiga tahun dan mendapatkan penjualan yang cukup bagus lewat departemen store lokal di Bandung," tutur Ferry mengenang masa-masa awal kiprahnya di industri fashion saat ditemui iNews.id di butik miliknya, bilangan Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Kamis (29/11/2018).
Berusaha meyakinkan serta menyenangkan hati orangtua di awal-awal karier rupanya membawa hasil. Lewat lomba-lomba merancang busana hingga ke skala nasional membuat hati orangtua luluh, meskipun pada awalnya sang ayah menginginkan putranya memiliki usaha mapan dengan produksi massal produk-produk fashion-nya.

Setelah tiga tahun bergelut di lini ready to wear, Ferry mulai pelan-pelan menerima pesanan menjahit. "Saya sebenarnya lebih senang menerima special order, karena bisa mendandani seseorang supaya bisa tampil lebih percaya diri," kata Ferry.
Di tahun-tahun pertama, dia mengisahkan, sempat mengalami kurang modal sehingga harus menerima pesanan menjahit, serta memasarkan produk ready to wear ke Jakarta. Berangkat dari sana, dia terpikir untuk mulai menerima pesanan spesial atau lebih personal.

"Saya lahir dan dibesarkan dari keluarga yang nasionalis, berjiwa merah-putih. Ayah saya meski seorang keturunan, selalu menanamkan pikiran bahwa kita itu tinggal di Indonesia, dan akan ada di sini hingga akhir hayat. Jadi, berbuatlah sesuatu untuk Indonesia," kenangnya mengingat pesan sang ayah.
Dari situ dia menggali kreativitas dari perasaan tersebut. Rasa nasionalis dan merah-putih, yang pada akhirnya membuat dia memutuskan untuk mempopulerkan kebaya sebagai busana nasional Nusantara ke mata dunia.
Kebaya rancangannya berbeda. Tidak selalu mengikuti pakem, bahkan Ferry berani mendobrak 'ramuan autentik' kebaya dengan koleksi-koleksi kebaya yang dipadukan dengan fashion item lain yang lebih modern.

"Saya saat itu selalu berpikir ulang, bagaimana caranya agar kebaya bisa diterima secara universal. Dipakai oleh warga internasional, warga keturunan dari Belanda, China, bagaimana kebaya tersebut bisa dipakai secara global. Karena saya pikir, ini budaya yang bisa kita eksplor," kata dia.
Menurut desainer 47 tahun ini, kebaya tak cuma bisa dipadukan dengan kain batik. Tetapi bisa dengan fashion item mana pun yang nyaman dikenakan seperti celana jeans, rok, ataupun bikini sekalipun. Sebab sama halnya dengan batik, kebaya mesti dipopulerkan sebagai bagian dari busana Nasional yang memiliki nilai historis tersendiri.
Kini, kebaya rancangan seorang Ferry Sunarto telah sampai ke mata dunia lewat gelaran fashion show yang pernah dilakukan di berbagai negara. Mulai dari Russia, Jerman, hingga Bahrain.
Editor: Tuty Ocktaviany