Kisah Pelukis Wanita Nuraeni HG, Berawal Pertemuannya dengan Maestro Seni Hendra Gunawan di Rutan
Bahkan, dia dipercaya terlibat kolaborasi bersama Hendra Gunawan dan pelukis lainnya dalam proyek seni pesanan lukisan. Pada 1972 Nuraeni dinyatakan bebas. Selama masa kebebasannya Nuraeni terus berkarya.
Enam tahun kemudian, tepatnya 1978 Hendra Gunawan dinyatakan bebas, Nuraeni yang telah menikah di Penjara Kebon Waru memiliki waktu dengan sang maestro untuk kembali menjalani kehidupan bersama dan terus melukis. Baik Nuraeni maupun Hendra Gunawan, keduanya saling menghormati pada titik pencapaian masing-masing.
Mereka seperti saling memberikan pengaruh atas pemikiran dan pengalaman pribadinya sebagai seniman, termasuk gagasan, teknik maupun pemilihan warna yang dihadirkan.
Rizki A Zaelani, kurator pameran mengatakan, bagi seorang Nuraeni HG, bisa jadi lukisannya adalah bidang kiasan tentang ‘penjara hati.’ Bidang lukisan yang diperkenalkan pada Nuraeni, pada sekitar akhir 1960-an, adalah bidang imajinasi tentang ‘jendela’ yang justru mengunggulkan cara-cara penggalian dan pengungkapan dunia-dalam diri manusia.
Nuraeni tak menghayati jendela lukisan sebagaimana para pelukis pemandangan alam membayangkan hamparan keindahan alam yang terletak ‘di balik’ bingkai kanvas lukisan.
Menurut Rizki, Nuraeni belajar mengenal dan memahami pokok yang molek dalam ekspresi sebuah lukisan justru adalah kesatuan kekuatan hidup yang dipancarkan interaksi kehidupan orang-orang biasa di antara hamparan alam yang tidak hanya indah tetapi juga mengandung misteri hidup yang tak terukur.
Cara belajar Nuraeni membiasakan dirinya untuk memahami gambaran dinamika kehidupan orang-orang biasa sebagai wujud pernyataan ekspresi seni yang tidak biasa.