Mengenang Pak Kasur Sahabat Anak-Anak Era 1970-an, Begini Asal Mula Namanya yang Legendaris
Sejak kepergian sang ayah di usianya yang masih enam bulan, Soer hidup dibiayai oleh sang kakak hingga tamat SMP. Soer berhasil menempuh pendidikan di sekolah guru bantu di Lembang berkat bantuan yayasan filosofi di bandung.
Usai lulus di HIK dia menjadi guru di Sumedang dan Bandung. Saat bala tentara jepang datang tahun 1942, dia berhenti mengajar. Hatinya tidak bisa berdamai dengan kekuasaan Jepang. Dia lalu sempat menyambung hidup dengan jualan berbagai kebutuhan rumah tangga.
Pada 1946, Soer menikah dengan Sandiah yang dikenal sebagai bu Kasur. Di masa revolusi fisik mempertahankan kemerdekaan, Soer ikut hijrah dari Bandung ke Jakarta. Di masa-masa itu dia berkegiatan menulis cerita sandiwara seperti Bandung Lautan Api, Mari Bung Rebut Kembali, dan Pelangi Hijrah.
Soer sempat ditugaskan Muhammad Natsir yang tahun 1946 hingga 1947 jadi Menteri Penerangan untuk membantu di kantor Bandung.
Awal 1950-an, Soer dan istrinya mulai giat mendidik anak-anak. Dia menjabat sebagai sekretaris jawatan sensor film sekaligus menjadi penyiar radio RRI di Jakarta dengan mengisi acara anak-anak. Dalam setiap siarannya, dia selalu menyelipkan nasihat untuk anak-anak.