Tuti Indra Malaon Artis Terbaik Era 1970-an, Meninggal di Usia 49 Tahun akibat Penyakit Liver
JAKARTA, iNews.id - Bagi Anda penikmat film di era 1970-1980-an, akan teringat dengan nama Tuti Indra Malaon. Dia adalah salah satu aktris perempuan terbaik Indonesia.
Tuti dikenal sebagai artis yang pintar dan berwawasan luas. Lulusan Universitas Indonesia (UI) yang mengambil jurusan Sastra Inggris tersebut pernah mencoba berbagai macam profesi.
Selain giat dalam anggota Dewan Kesenian Jakarta, dia sempat menjadi wartawan di Majalah Zaman. Dia juga terjun ke dunia politik menjabat sebagai anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) pada 1988.
Sayang, kariernya sebagai anggota MPR menjadi pencapaian terakhir dalam hidupnya. Tuti meninggal dunia pada 20 September 1989 akibat penyakit liver.
Sebelumnya, sang suami Indra Malaon Lubis telah lebih dulu meninggal pada 1985. Dia adalah hakim di Pengadilan Negeri Bogor, Jawa Barat. Suaminya wafat tertabrak bus.
Saat itu, Indra hendak berangkat kerja dan sedang menunggu angkutan umum jurusan Bogor. Namun, belum sampai ke tempat kerja, Indra ditabrak bus yang merenggut nyawanya.
Karier film
Di industri film, pemilik nama asli Pudjiastuti ini mulai menekuni dan mencintai dunia teater sejak duduk di bangku kuliah. Setelah selesai kuliah dan menjadi dosen, Tuti mulai terjun langsung ke dunia perfilman pada 1971 lewat film ‘Wajah Seorang Lelaki’, garapan sutradara Teguh Karya.
Sejak itu, dia berkecimpung di dunia perfilman Indonesia. Beberapa film lain yang dibintangi Tuti yakni Kawin Lari (1971), Neraca Kasih (1982), Putri Seorang Jenderal (1983), Tali Merah Perkawinan (1983), Ibunda (1986), Perisai Kasih yang Terkoyak (1986), Cintaku di Rumah Susun (1987), dan Pacar Ketinggalan Kereta (1989).
Meski film yang dibintanginya tidak banyak, namun Tuti sempat meraih dua Piala Citra untuk film Ibunda di Festival Film Indonesia (FFI) 1986 dan Pacar Ketinggalan Kereta di FFI 1989 sebagai Pemeran Utama Wanita Terbaik.
Kiprah dan dedikasinya di dunia perfilman membuat Tuti meraih Penghargaan Seumur Hidup pada 2010, tepatnya 21 tahun setelah kepergiannya.
Editor: Dani M Dahwilani