JAKARTA, iNews.id - Ada sejumlah klub yang pernah mendapat sanksi UEFA. Klub-klub tersebut terancam sanksi berat oleh Federasi Sepak Bola Eropa (UEFA) setelah diduga melakukan pelanggaran berat terhadap aturan Financial Fair Play (FFP).
Ada yang terbukti bersalah dan terpaksa hukuman berat, berupa denda dan larangan bermain di kompetisi. Namun, ada juga yang berhasil melakukan banding. Terdapat klub yang akhirnya berhasil diselamatkan oleh Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS).
Adapun inilah 5 klub yang pernah mendapatkan sanksi UEFA yang dilansir iNews.id, Kamis (1/9/2022).
1. Malaga
Meski lolos di Piala Eropa di musim 2013-2014, Malaga terpaksa dijatuhi sanksi larangan bermain oleh UEFA akibat masalah finansial dan sempat gagal membayar gaji para pemainnya di musim sebelumnya.
Malaga juga harus menerima denda sebesar 300.000 euro. Mereka sebenarnya lolos ke Liga Champions untuk pertama kalinya dalam sejarah pada 2011-2012 setelah mendapatkan pemain seperti Martin Demichelis, Julio Baptista dan Jeremy Toulalan.
Namun, Ruud van Nistelrooy dan Santi Cazorla mengambil langkah hukum karena gaji mereka belum dibayar. Meski telah mengajukan banding, Pengadilan Arbitrase Olahraga (CAS) kemudian menolak banding Malaga atas hukuman UEFA tersebut.
2. Zenit
Zenit bersama dua klub rusia lain yakni Anzhi Makhachkala, Rubin Kazan pernah mendapat sanksi dari UEFA pada Mei 2014. Mereka adalah 3 dari sembilan klub yang menandatangani settlement agreements sehubungan dengan pelanggaran FFP.
Ketiganya mendapatkan sanksi berupa denda, pembatasan skuad, dan pembatasan transfer di bursa transfer musim itu. Zenit, yang sebelumnya sempat menembus fase knockout Liga Champions dalam dua dari tiga musim, terpaksa mendapat hukuman terberat. Mereka diminta untuk membayar 12 juta euro- dimana 6 juta euro kemudian ditangguhkan.
3. PSG
Paris Saint Germain (PSG) juga pernah mendapat hukuman dari FFP karena dianggap telah menggelembungkan pendapatan mereka melalui kesepakatan sponsor dengan Otoritas Pariwisata Qatar.
Klub kaya yang dimiliki oleh konsorsium Timur Tengah itu memang jor-joran dalam belanja pemain. UEFA pun memberikan sanksi kepada PSG terkait aturan FFP setelah melihat besarnya banderol gaji pemain dan harga transfer pemain mereka.
Kasus tersebut secara khusus menyoroti transfer kontroversial Neymar sebesar 222 juta euro dari Barcelona ke Paris pada 2017 dan Kylian Mbappe dari AS Monaco dengan nilai fantastis. Namun, PSG berhasil memenangkan banding dengan CAS dan UEFA terpaksa menghentikan pengusutannya tersebut.
4. AC Milan
Setelah mampu finis di urutan kelima Serie A pada musim 2018-2019 lalu, AC Milan seharusnya mendapatkan jatah tiket untuk bermain di Liga Eropa musim 2019-2020. Namun sebelum kompetisi dimulai, UEFA memberikan kejutan dengan mencoret Milan dari peserta Liga Eropa.
Hal itu karena AC Milan terbukti telah menyalahi aturan FFP. Setelah melewati proses pengadilan bersama CAS, Milan dinilai gagal menyeimbangkan neraca keuangan mereka pada periode 2014-2017. Ditambah lagi, pada tahun 2015-2018 AC Milan yang masih dalam periode pengawasan, mengalami kerugian di atas batas maksimal yakni 30 juta euro. Hal itu membuat UEFA terpaksa memberikan tiket Piala Eropa yang didapat AC Milan kepada AS Roma.
5. Manchester City
City pernah dituding melakukan pelanggaran berat terhadap peraturan FFP oleh UEFA. Manchester City didakwa telah memalsukan dana sponsor pada tahun 2012-2016 untuk membuat neraca keuangan klub terlihat stabil.
Oleh UEFA, The Citizen dilarang tampil di kompetisi Eropa dalam dua musim harus membayar denda sebesar 30 juta euro (Rp444,9 miliar). Namun, Manchester City yang mengajukan banding ke CAS akhirnya memenangkan banding mereka setelah kurangnya bukti dari UEFA.
Akhirnya, City bisa kembali mengikuti turnamen Eropa yang sempat dilarang. City juga mendapatkan potongan 10 juta euro dari total denda 30 juta euro yang dilayangkan kepada mereka sebelumnya.
Itulah lima klub yang pernah mendapatkan sanksi berat dari UEFA. Kelimanya terpaksa harus mendapatkan hukuman lantaran dianggap melakukan pelanggaran terhadap aturan Financial Fair Play (FFP).
Editor: Reynaldi Hermawan