JAKARTA, iNews.id - Dukung pengembangan industri perasuransian nasional melalui peningkatan kapasitas sumber daya manusia (SDM) dan pengetahuan yang terintegrasi, Indonesia Re meluncurkan sebuah inisiasi baru, program iLearn. Melalui Indonesia Re Institute, perusahaan berperan sebagai Center of Knowledge and Excellence yang bertujuan memperkuat ekosistem Industri Perasuransian di Indonesia. Inisiatif ini diwujudkan dengan menghadirkan platform pembelajaran, termasuk program iLearn, yang dirancang untuk mendorong transformasi SDM dalam menghadapi tantangan industri yang semakin dinamis.
Menurut Roadmap Perasuransian Indonesia yang dirilis Otoritas Jasa Keuangan (OJK), selama lima tahun terakhir perusahaan reasuransi di Indonesia mencatat pertumbuhan aset yang signifikan, dengan tingkat pertumbuhan tahunan rata-rata sebesar 12%. Pada akhir tahun 2022, total aset Industri Reasuransi di Indonesia mencapai Rp 34 triliun. Klaim yang menjadi liabilitas dari perusahaan-perusahaan reasuransi juga meningkat 9,6% per tahun pada periode yang sama, dengan nilai klaim mencapai Rp 53,94 triliun pada tahun 2022. Tren positif ini menunjukkan bahwa Industri Perasuransian memiliki potensi besar untuk terus memperkuat kapasitas reasuransi domestik.
Meskipun menunjukkan tren positif pada tingkat pertumbuhan premi, Industri Perasuransian masih menghadapi tantangan yang cukup berat dalam aspek penetrasi, inklusi, dan literasi. Tingkat penetrasi asuransi di Indonesia sempat tercatat mencapai 3.23% pada tahun 2020. Namun, angka ini kembali mengalami penurunan pada periode berikutnya, dan terakhir tingkat penetrasi asuransi di Indonesia tercatat berada di level 2.64% pada tahun 2023. Ini menunjukkan bahwa sektor asuransi Indonesia masih menghadapi tantangan dalam memperluas cakupan premi terhadap PDB meskipun ada potensi pasar yang luas.
Tingkat inklusi asuransi, yang menggambarkan persentase masyarakat yang menggunakan produk asuransi, juga berada pada tingkat rendah. Pada 2022, hanya 16.63% masyarakat yang menggunakan produk asuransi, jauh di bawah target pemerintah dan angka inklusi sektor perbankan yang mencapai 74% atau lebih. Rendahnya inklusi ini disebabkan oleh kurangnya pemahaman dan juga kendala kepercayaan masyarakat terhadap industri asuransi setelah beberapa kasus gagal bayar dan manajemen buruk di perusahaan asuransi tertentu.
Senada dengan tingkat penetrasi, tingkat literasi asuransi di Indonesia juga masih memerlukan upaya peningkatan yang serius. Menurut Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) OJK, indeks literasi asuransi pada 2022 tercatat sebesar 31.72%. Meskipun angka ini mengalami peningkatan dibandingkan survei sebelumnya, literasi asuransi masih lebih rendah dibandingkan dengan sektor perbankan yang berada di atas 49%. Literasi yang rendah menandakan bahwa banyak masyarakat masih kurang memahami produk dan manfaat asuransi. Oleh karena itu, sejalan dengan komitmen perusahaan menjadi Center of Knowledge and Excellence, Indonesia Re ingin agar peningkatan kualitas industri asuransi tidak hanya dirasa dari aspek bisnis, tetapi juga dari aspek kapabilitas sumber daya manusia (SDM) yang menjadi penggerak dan modal utama dari Industri Perasuransian.
Editor: Yudistiro Pranoto