SURIN, iNews.id - Ketegangan di perbatasan Thailand dan Kamboja mencapai puncaknya setelah pecah bentrokan bersenjata yang menewaskan sedikitnya 12 orang. Konflik terjadi di wilayah yang telah lama disengketakan antara kedua negara.
Video yang beredar luas menunjukkan rudal RM70 Multiple Launch Rocket System (MLRS) milik Tentara Kerajaan Kamboja diluncurkan dari lahan pertanian di Provinsi Odence, mengarah ke wilayah Thailand di Provinsi Surin. Serangan ini memicu respons balik dari militer Thailand yang melancarkan tembakan artileri ke titik-titik militer Kamboja.
Mengenal T-Dome, Perisai Berlapis Taiwan Senilai Rp666 Triliun untuk Tangkis Rudal-rudal China
Iring-iringan kendaraan tempur juga terlihat bergerak dari pihak Thailand, menunjukkan peningkatan kesiapan militer di wilayah konflik. Situasi di lapangan menunjukkan eskalasi serius yang berpotensi memicu konflik regional yang lebih luas.
Bentrokan ini merupakan kelanjutan dari sengketa wilayah perbatasan yang belum terselesaikan selama lebih dari satu abad. Insiden terbaru disebut-sebut sebagai salah satu bentrokan paling berdarah dalam satu dekade terakhir.
Jika Thailand-Kamboja Perang Skala Penuh, Amerika dan China Bakal Terlibat?
Sebagai respons, Thailand menutup akses perbatasannya dengan Kamboja. Sementara itu, Kamboja mengambil langkah tegas dengan memutus hubungan diplomatik, menuduh Thailand menggunakan kekuatan militer secara berlebihan.
6 Fakta Terkini Konflik Thailand-Kamboja: Korban Tewas hingga Tuduhan Bom Klaster
Bentrokan dilaporkan terjadi di enam titik sepanjang perbatasan, sementara tudingan pelanggaran wilayah kedaulatan saling dilayangkan oleh kedua pihak. Kementerian Pertahanan Kamboja bahkan mengklaim bahwa jet tempur Thailand telah menjatuhkan bom di dekat kawasan Candi Kuno Prasat Preah Vihear — situs warisan budaya yang sering menjadi pusat sengketa.
Situasi di kawasan tersebut masih sangat dinamis. Komunitas internasional menyerukan agar kedua negara segera menahan diri dan kembali ke meja perundingan guna mencegah jatuhnya korban lebih lanjut.
Editor: Komaruddin Bagja