NUR-SULTAN, iNews.id – Indonesia memiliki budaya yang beragam dan sangat disukai masyarakat mancanegara. Terbukti, tidak sedikit warga Kazakhstan yang belajar budaya Indonesia lewat tarian dan musik.
Hal itu bisa dilihat di Mal Khan Shatyr yang berada Nur-Sultan, Ibu Kota Kazakhstan, penghujung September lalu. Petikan sasando yang bersahutan dengan alunan suara angklung, memecah keheningan Mal Khan Shatyr. Suara alat musik khas Indonesia ini pun berlanjut dengan tarian yamko dari Papua yang secara apik dibawakan oleh anak-anak Kazakhstan.
Belum usai riuh tepuk tangan pengunjung yang hadir, panggung pun kembali pecah dengan teriakan tukang gore, keserasian gerakan tangan dan kelincahan langkah kaki para penari tapuak galembong yang semakin menghangatkan suasana pengunjung yang memadati mal di siang itu. Di tengah keriuhan penari di atas panggung, ada yang berbeda di tarian tapuak galembong yang dipentaskan kali ini. Tarian asal ranah Minangkabau, Sumatera Barat ini dibawakan oleh gadis-gadis Kazakhstan.
Tapuak galembong yang berarti menepuk celana merupakan pertunjukkan yang diadaptasi dari Randai, salah satu teater tradisi di Sumatera Barat yang dimainkan secara berkelompok dengan membentuk lingkaran, kemudian melangkahkan kaki secara perlahan, sambil menyampaikan cerita dalam bentuk nyanyian secara bergantian. Setiap penari memiliki gaya sendiri dalam gerak dan menepuk celana yang didesain khusus, sehingga menghasilkan bunyi seperti perkusi waktu ditepuk, tapi beragam dan serempak.
Pementasan tari dan musik Indonesia ini diselenggarakan oleh Kedutaan Besar Indonesia di Kazakhstan. Pemain angklung dan penari yang tampil adalah mahasiswi Kazakhstan yang belajar budaya Indonesia di kedutaan.
Tamila Zhumbayeva (22) punya kesan sendiri saat memainkan angklung di pementasan kali ini. “Budaya Indonesia memiliki jiwa,” ujar Tamila. Berkat kecintaannya pada budaya Indonesia, Mei-Agustus 2019, Tamila mendapatkan beasiswa untuk belajar budaya dan bahasa Indonesia di salah satu kampus Indonesia.