10 Kontroversi Stephen Hawking, tentang Alien hingga Keberadaan Tuhan
CAMBRIDGE, iNews.id - Fisikawan Stephen Hawking meninggal dunia, Rabu (14/3/2018). Ilmuwan Inggris yang dikenal dengan teori lubang hitam dan relativitas itu meninggal di usia 76 tahun.
Selama hidupnya, dia kerap mengeluarkan pernyataan-pernyataan yang memicu kontroversi publik. Berikut 10 pernyataan Hawking yang paling kontroversial:
1. Keberadaan Alien
Stephen Hawking pernah mengeluarkan pernyataan tentang alien. Menurutnya, akan lebih baik jika makhluk asing tidak mengunjungi Bumi.
“Jika alien mengunjungi kita, hasilnya akan seperti ketika Columbus menapakkan kaki di Amerika. Tidak bagus untuk penduduk asli,” kata Hawking dalam acara Into the Universe with Stephen Hawking.
2. Peradaban di Luar Angkasa
Hawking mendorong agar manusia membangun peradaban di luar angkasa. Langkah tersebut untuk menghindari bencana atau pecahnya perang di Bumi.
“Cepat atau lambat, bencana seperti tabrakan dengan asteroid atau nuklir akan membinasakan manusia. Namun, begitu kita pergi ke luar angkasa dan mendirikan peradaban independen, masa depan kita akan aman,” ujarnya.
3. Mesin Waktu
Hawking berpandangan, mesin waktu bisa dibuat. Namun dia khawatir hal tersebut akan mengganggu keseimbangan alam.
“Dulunya mesin waktu itu hanya fiksi ilmiah belaka, tapi teori Einstein mengenai relativitas membuktikan kita dapat menembus ruang dan waktu, sehingga dapat pergi menggunakan roket dan kembali sebelum roketnya berangkat. Sayangnya, hal seperti itu bakal merusak tatanan ruang dan waktu itu sendiri,” ucapnya kepada New York Times pada 2011.
4. Virus Komputer
Hawking menilai, manusia sendirilah yang merusak kehidupan sesama, sehingga wajar jika virus komputer dikategorikan sebagai makhluk hidup.
“Saya rasa virus komputer harusnya dianggap sebagai organisme kehidupan. Mereka itu persis seperti sifat manusia yang menciptakan kehidupan yang merusak. Kita menciptakan penggambaran manusia itu sendiri,” kata Hawking.
5. Disabilitas
Hawking menilai, memiliki kekurangan dalam fisik bukan berarti tidak dapat melakukan apa-apa. Dia justru menganggap kaum disabilitas lebih menggunakan daya pikirnya daripada mendorong kekuatan fisik.
“Jika anda cacat, kemungkinan itu bukan salah Anda, tapi percuma menyalahkan dunia dan mengasihi diri Anda. Jika anda menderita cacat fisik, jangan sampai cacat mental juga. Saya tidak pernah suka Olimpiade untuk disabilitas. Sebaliknya, ilmu pengetahuan sangat bagus untuk orang cacat karena hanya membutuhkan otak,” tulisnya dalam buku Handicapped People and Science.
6. Keberadaan Tuhan
Hawking berpendapat Tuhan tidak ada. Menurutnya, keberadan Tuhan tidak masuk di akal.
“Sebelum memahami ilmu pengetahuan, biasanya kita percaya Tuhan itu menciptakan dunia. Tapi sekarang ilmu pengetahuan memberikan lebih banyak penjelasan. Kita akan tahu apa yang Tuhan ketahui, jika Tuhan itu ada. Tuhan itu tidak ada. Saya atheis. Agama percaya kepada keajaiban dan tidak sejalan dengan ilmu pengetahuan,” kata Hawking kepada El Mundo pada 2014.
7. Agama dan Ilmu Pengetahuan
Ketidakpercayaan Hawking kepada Tuhan semakin kuat, ketika ilmu pengetahuan lebih memberikan penjelasan yang dapat diterima. Hal itu menurutnya, yang memberikan perbedaan antara agama dan ilmu pengetahuan.
“Ada perbedaan mendasar antara agama, yang didasari oleh Yang di Atas, dan ilmu pengetahuan yang berdasarkan pengamatan dan sebab-akibat. Ilmu pengetahuan akan menang karena itu benar,” ujar Hawking di acara Diane Sawyer/ABC News.
8. Kesalahan
Hawking menilai wajar jika manusia membuat kesalahan. Dia berpendapat, kehidupan berawal dari kesalahan.
“Lain kali, jika ada yang mengeluh Anda membuat kesalahan, jawab saja kalau itu hal yang bagus. Karena tanpa ketidaksempurnaan, tak satu pun dari kita bisa ada di dunia,” kata dia.
9. IQ
Walau memiliki IQ tinggi, Stephen Hawking tidak pernah mau menyombongkannya.
“Saya tidak tahu. Orang yang menyombongkan IQ-nya adalah pengecut,” ujarnya.
10. Perempuan
Walau jenius, Stephen Hawking mengaku kesulitan untuk memahami kaum perempuan.
“Perempuan adalah sebuah misteri,” kata Hawking kepada New Scientist pada 2012.
Editor: Nathania Riris Michico