10 Makanan Paling Berbahaya di Dunia, Ternyata Banyak di Sekeliling Kita
JAKARTA, iNews.id - Deretan makanan paling berbahaya di dunia penting untuk diketahui agar terhindar dari dampak buruknya, bahkan kematian. Makanan-makanan tersebut ada di sekeliling kita. Ketidakpahaman mengenai dampak bahaya yang ditimbulkan bisa berakibat fatal jika dikonsumsi.
Sebagian dari makanan paling berbahaya untuk dikonsumsi tersebut adalah buah-buahan atau bagian dari tubuh hewan yang tak diproses sebagaimana mestinya, sehingga racunnya tetap melekat.
Selain itu makanan paling berbahaya di dunia identik dengan eksotisme Dia memiliki kekhasan karena tidak banyak orang berani menyentuhnya, seperti gurita Korea yang menggeliat saat ditelan.
Di balik eksotisme dan kelezatannya tersimpan bahaya besar, bahkan bisa menyebabkan kematian.
Keith Kantor, ahli nutrisi sekaligus CEO Nutritional Addiction Mitigation Eating and Drinking menjelaskan kepada Business Insider, biji cherry mengandung racun.
"Buang biji cherry Anda karena mengandung senyawa hidrogen sianida yang beracun," kata Kantor.
Selain cherry, kandungan beracun juga ada pada biji buah persik, plum, dan aprikot.
Meski demikian Kantor menegaskan butuh banyak biji cherry untuk membunuh manusia. Sebagai gambaran, orang dengan bobot sekitar 75 kg akan terdampak jika mengonsumsi 703 miligram hidrogen sianida lebih per hari. Ini berarti memakan ratusan biji cherry setiap hari masih tergolong aman.
Ikan fugu atau biasa disebut dengan buntal merupakan salah satu makanan paling beracun di dunia. Oleh karena itu, Amerika Serikat (AS) memberlakukan aturan sangat ketat untuk impor hewan ini.
Sejauh ini hanya satu pemasok yang mendapat izin mengekepsor ikan fugu ke AS dari otoritas pengawas obat dan makanan FDA.
Menurut National Geographic, jika tak diolah dengan benar ikan buntal memiliki 1.200 kali kandungan mematikan daripada sianida.
Casu Marzu adalah keju tradisional Sardinia, Laut Tengah. Pembuatannya atau proses fermentasi ekstra melibatkan belatung hidup yang bisa menguraikan sebagian keju.
Pemerintah AS melarang masuk keju ini karena alasan sanitasi dan higienis.
Kecambah alfalfa merupakan lingkungan ideal bagi pertumbuhan bakteri, apalagi yang masih mentah.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (DCD) AS menyatakan banyak wabah penyakit bawaan makanan dalam beberapa dekade terakhir dikaitkan dengan konsumsi kecambah, termasuk salmonella dan e. coli.