26 Pasukan Keamanan Tewas akibat Bom Mobil Taliban dan Serangan Bersenjata
KABUL, iNews.id - Sebanyak 26 pasukan keamanan Afganistan tewas dalam serangan bom mobil milik Taliban, Minggu (6/6/2021) dan beberapa serangan bersenjata. Sementara itu, pasukan keamanan pemerintah berhasil menewaskan 167 gerilyawan dalam operasi selama 24 jam terakhir.
Dilansir dari Anadolu, insiden paling berdarah terjadi di Utara Provinsi Faryab. Ada 14 pasukan keamanan termasuk kepala polisi distrik Qaisaar tewas dalam serangan Taliban.
Anggota dewan provinsi, Nadir Sayadi mengatakan, pemberontak merebut markas polisi distrik dan gedung kota. Dalam penyerangan itu, 30 pasukan keamanan dikepung oleh gerilyawan.
Di Provinsi Balkh, gerilyawan melakukan pengeboman mobil yang mematikan diikuti dengan serangan bersenjata terhadap pasukan keamanan di distrik setempat.
Juru bicara polisi, Adi Shah mengatakan, serangan terjadi pada sore hari dan menyebabkan setidaknya dua pasukan keamanan tewas dan beberapa lainnya terluka.
Sementara juru bicara Taliban, Zabihullah Mujahed menyatakan, pihaknya bertanggung jawab serangkaian serangan tersebut. Dia juga mengklaim, puluhan pasukan keamanan Afganistan tewas dalam serangan tersebut.
Serangan serupa juga terjadi di distrik Shahrak, Provinsi Ghor tengah. Komando polisi provinsi hanya mengkonfirmasi serangan itu melalui sebuah pernyataan. Sementara stasiun radio lokal Salam Afghanistan melaporkan setidaknya 10 pasukan keamanan tewas.
Kekerasan telah meningkat di negara sejak AS mengumumkan penarikan pasukannya pada 11 September.
Kementerian Pertahanan pada hari Minggu mengklaim, pasukan pemerintah membunuh 167 teroris Taliban dan 59 lainnya dalam 24 jam terakhir. Dikatakan, operasi berlangsung di Provinsi Nangarhar, Laghman, Maidan Wardak, Logar, Paktika, Daykundi, Zabul, Badghis, Herat, Ghor, Balkh, Jowzjan, Samangan, Baghlan, Badakhshan, dan Helmand.
Menurut Kementerian Dalam Negeri Afghanistan, lebih dari 250 korban sipil, yang diduga disebabkan oleh Taliban, tercatat pada bulan Mei. Namun, para pemberontak menolak klaim pemerintah.
Editor: Umaya Khusniah