Alhambra, Jejak Kejayaan Imperium Islam di Spanyol
JAKARTA, iNews.id - Cendekiawan muslim Indonesia Komaruddin Hidayat suatu ketika mengenang awal kedatangannya di Turki pada 1985. Sambil menunggu masuk kuliah doktoral di Middle East Technical University (METU), mantan rektor UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini menyempatkan untuk menikmati keindahan kota.
Kekaguman Komar tentang bangunan-bangunan indah, termasuk yang kini digunakan sebagai masjid, terekam dalam sebuah tulisan apik, "Pesona Istanbul" (2016). Dia menggambarkan, melihat Istanbul bagaikan menyeret dalam pertempuran di masa lalu.
"Kejatuhan Konstantinopel ke tangan kekuasaan Islam seakan sebagai perimbangan dengan jatuhnya Granada pusat Islam di Spanyol yang jatuh ke tangan penguasa Katolik," ucapnya dalam tulisan tersebut.
Tak salah memang. Sejarah ibarat "merotasi" Turki dan Spanyol. Kisah penaklukan berabad lampau telah menjadikan Konstantinopel (Istanbul) yang dulunya salah satu jantung kekuasan Katolik menjadi milik Muslim lewat tangan Muhammad Al-Fatih.
Di sisi lain, Andalusia (Spanyol) yang merupakan pusat imperium Islam di Eropa takluk dalam kekuasaan Katolik. Kisah kekuasaan Islam di Andalusia malah bagaikan dua sisi mata uang: kejayaan sekaligus keruntuhan.

Cerita itu dapat ditemukan di La Alhambra. Datanglah ke Granada. Di bukit La Sabica, berdiri kokoh bangunan megah dengan pemandangan indah. Inilah Alhambra, istana sekaligus benteng yang dahulu menjadi pusat kekuasaan Dinasti Bani Ahmar (Daulah Bani Ahmar).
Alhambra didirikan pada 1232 Masehi oleh Sultan Muhammad bin Al-Ahmar, penguasa Daulah Bani Ahmar. Dalam bahasa Arab, istana ini disebut qa’lat al-Hamra atau Istana Merah.
"Disebut Alhambra (merah) mungkin karena warna kemerahan dari dinding yang diterpa sinar matahari," ucap penulis Amerika Serikat Washington Irving dalam bukunya yang termahsyur, Tales of The Alhambra, dikutip Minggu (3/5/2020).
Kendati demikian, ada pula yang berpendapat Alhambra sesungguhnya diambil dari nama Sultan Muhammad bin Al-Ahmar, raja dari bangsa Moor (Mooria), Afrika Utara. Ketika menguasai Granada, dia menjadikan benteng ini sebagai tempat tinggalnya.
Pembangunan Alhambra berlangsung selama beberapa tahun. Sejumlah literatur menyebut dari 1232-1358 Masehi. Alhambra berada di ketinggian, memungkinkannya untuk melihat wilayah Granada.
Dengan luas kurang lebih 14 hektare, menurut Irving, Alhambra kerap disebut sebagai “mukjizat seni”. Betapa tidak, bangunan ini benar-benar indah dan megah.

Bukan hanya taman bunga yang ketika semua mekar akan menebarkan aroma harum, namun interiornya juga ditata demikian apik. Salah satu ikon di bangunan ini yaitu Hausyus Sibb atau Taman Singa. Disebut demikian lantaran ada air mancur yang di bawahnya terdapat 12 patung singa melingkar.
Adapula Baitul Bani Siraj, ruangan bujur sangkar yang dipenuhi kaligrafi Arab. Selain itu Baitul Hukmi, ruangan yang digunakan sebagai pengadilan kala Sultan Yusuf I bertakhta. Di masa Sultan Yusuf I dan Sultan Muhammad V (putra Yusuf), Alhambra berada di puncak kejayaannya.
Kedua sultan ini yang merenovasi Alhambra dan menambahkan sejumlah bagian hingga menjadi wujudnya seperti sekarang ini. Mereka pula yang menjaga imperium Islam tetap berkibar di Andalusia.
Selama ratusan tahun sultan-sultan Daulah Bani Ahmar menjaga Granada dan Andalusia sebagai jantung muslim di Eropa sekaligus bagian dari kekuasaan Islam di dunia. Mereka berupaya memakmurkan rakyat dan negara ini melalui berbagai sektor, dari pertanian hingga perdagangan.

Namun, kisah keagungan Islam di Andalusia itu akhirnya sirna. Perang dan penaklukan menjadi penyebab. Pada 1491 M, Raja Ferdinand V dan Ratu Isabella mengepung Granada. Selama tujuh bulan, satu demi satu wilayah di kota itu mereka taklukkan.
Hingga akhirnya Granada keseluruhan jatuh. Sultan Muhammad XII atau Abu Abdillah yang juga dikenal sebagai Boabdil oleh bangsa Eropa mengakui kekalahan dan menyerahkan Granada ke Raja Ferdinand V.
Dalam perjanjian damai sekaligus penyerahan kekuasaan di halaman Istana Alhambra itu, disebutkan pula Boabdil dan rakyatnya, kaum muslimin, harus meninggalkan Spanyol. Penyerahan kekuasaan itu sekaligus menjadi akhir dari imperium Islam di Spanyol.
“Boabdil merupakan sultan terakhir dari dinasti Nasrid (Bani Ahmar), dinasti Muslim terakhir di Semenanjung Iberia yang memerintah Granada dari 1230 hingga 1492,” tulis Livescience.
Kejayaan Bani Ahmar memang tinggal sejarah. Namun, Alhambra tetap abadi. Pesona dan keindahan bangunan ini telah menarik jutaan turis tiap tahun
Bagi penggemar drakor alias drama korea, keindahan dan kemegahan Alhambra tidak asing. Bangunan ini telah menginspirasi serial “Memories of Alhambra” yang dibintangi Hyun Bin dan Park Shin-hye.
Sayangnya, di masa pandemi virus corona atau Covid-19, istana megah ini turut terdampak. Alhambra untuk sementara ditutup untuk wisatawan.
Editor: Zen Teguh