Anggaran Militer Belum Disetujui, Presiden El Salvador Kirim Pasukan ke Gedung Parlemen
Sebelum Bukele hadir di gedung parlemen pada Minggu, polisi dan tentara bersenjata lengkap, termasuk mengenakan rompi antipeluru, memasuki ruangan dan berjaga-jaga. Ini sangat tidak biasa dan belum pernah terjadi sejak akhir perang saudara di El Salvador pada 1992.
"Jika orang-orang yang tidak berguna ini (anggota parlemen) tidak menyetujui Rencana Kontrol Teritorial pekan ini, kami akan meminta mereka untuk mengadakan sidang lagi pada Minggu depan," kata Bukele, saat itu.
Sejak menjabat pada Juni 2019, Bukele berjanji menangani kekerasan geng kriminal. Untuk memuluskan janjinya, dia mengajukan anggaran tambahan untuk meremajakan persenjataan tentara dan polisi. Namun anggota parlemen menolak sidang digelar pada akhir pekan untuk membahas masalah ini.
Ketua parlemen menunda sidang pada Senin dengan agenda tunggal membahas anggaran yang diminta Bukele. Tak ada tentara dan polisi yang berjaga saat itu.
Kehadiran tentara di gedung parlemen El Salvador memicu reaksi internasional. Uni Eropa menyatakan keprihatinan besar atas konfrontasi antarlembaga itu.
Amnesty International menyatakan pengerahan tentara dan polisi bersenjata di gedung legislatif mengingatkan kembali saat-saat paling kelam dalam sejarah El Salvador.
El Salvador merupakan salah satu negara paling berbahaya di dunia. Rata-rata kasus pembunuhan di negara itu mencapai 35,6 per 100.000 orang pada 2019.
Editor: Anton Suhartono