Angka Kematian Akibat Covid-19 di Ibu Kota Yaman bisa Melebihi Korban Perang Sipil
ADEN, iNews.id - Yaman merupakan salah satu negara di kawasan Timur Tengah dengan jumlah kasus positif Covid-19 terbanyak. Keterbatasan fasilitas kesehatan berpotensi memperburuk keadaan.
Dilansir dari CNN International, Rabu (17/6/2020), pada dua pekan awal Mei lalu di kota Aden tercatat 950 korban meninggal akibat Covid-19. Jumlah tersebut hampir empat kali lipat dari 251 kematian di sepanjang Maret.
Angka tersebut diklaim setengah dari jumlah korban tewas akibat perang sipil yang terjadi di kota itu pada 2015 silam.
Selain dihadapkan pada pandemi Covid-19, Pemerintah kota Aden juga harus berjuang melawan ancaman kesehatan lainnya yakni virus Chikungunya yang sudah tercatat 100 ribu kasus di seluruh negeri.
"Yaman telah menghadapi perang dan tidak bisa mengatasi tiga pandemi yakni resesi ekonomi, perang dan coronavirus," kata Dr. Ishaq Al-Subei, otoritas kesehatan di Yaman dikutip dari CNN.
Otoritas kesehatan belum bisa memastikan jumlah kasus Covid-19 di kota terbesar di Yaman itu secara valid, sebab rendahnya kapasitas tes yang dilakukan. Namun, perkiraan jumlah kasus positif maupun potensi korban jiwa masih tinggi bahkan bisa melampaui korban perang.
Pasalnya, dari data yang diperoleh petugas kemanusiaan PBB di Yaman lebih dari 10 ribu petugas kesehatan di Aden terpaksa dipecat karena pemerintah tidak punya cukup dana untuk membayar gaji mereka.
Kondisi semakin diperburuk dengan rasio ketersediaan ruang perawatan di rumah sakit dengan populasi yang tidak proporsional. Sebagai contoh, satu rumah sakit di kota Aden cuma memiliki 60 ruang untuk Covid-19, sedangkan ada 800 ribu orang di ibu kota Yaman tersebut.
"Pada masa pandemi Covid-19 ini kita akan melihat lebih dari setengah rumah sakit di negara ini akan ditutup, dan itu bisa terjadi dalam beberapa pekan mendatang," jelas Lise Grande, Kepala Petugas Kemanusiaan PBB di Yaman.
"Seminggu sebelum kasus Covid-19 pertama dikonfirmasi di Yaman, kami kehabisan uang dan harus menghentikan pembayaran gaji kepada 10.000 petugas kesehatan di garis depan di seluruh negeri. Di tengah pandemi, ini sangat menghancurkan," lanjutnya.
Editor: Arif Budiwinarto