Armenia Lanjutkan Perang dengan Azerbaijan, Berambisi Rebut Kembali Kota Penting di Karabakh
YEREVAN, iNews.id - Militer Armenia menegaskan pertempuran dengan tentara Azerbaijan masih berlanjut. Armenia berambisi merebut kembali kota kunci di Nagorno-Karabakh yang sempat dikuasai Azerbaijan.
Presiden Azerbaijan, Ilham Aliyev, pada Minggu (8/11/2020) kemarin mengumumkan tentaranya berhasil menduduki Shusa, kota penting di wilayah sengketa Nagorno-Karabakh.
Aliyev mengatakan, direbutnya kembali Kota Shusha akan menjadi kemenangan strategis utama pasukannya atas kelompok separatis Armenia di kawasan itu.
“Dengan sangat bangga dan gembira, saya mengabarkan kepada Anda bahwa Kota Shusha telah dibebaskan,” kata Aliyev dalam pidato yang disiarkan televisi kepada rakyatnya, Minggu (8/11/2020), dikutip kembali AFP.
Dia mengatakan, tanggal 8 November akan tercatat dalam sejarah rakyat Azerbaijan sebagai hari “kembalinya kita ke Shusha”. Kota Shusha dan daerah sekitarnya telah menjadi medan pertempuran sengit dalam beberapa hari terakhir, ketika Azerbaijan berusaha menegakkan kembali kedaulatannya di di Nagorno-Karabakh.
Armenia sebut tentara Azerbaijan yang terdesak
Klaim pihak Azerbaijan membuat Armenia geram. Mereka menyebut Azerbaijan berbohong karena pertempuran di wilayah itu masih berlangsung, pasukan Armenia belum kalah.
"Peperangan intensif masih berkecamuk di wilayah Shusha-Karintak," ujar Menteri Shushan dikutip dari AFP, Senin (9/11/2020).
Sebaliknya, kata Menteri Shushan, pasukan Azerbaijan yang justru tertekan dan terdesak di wilayah Shusha.
"Musuh telah mundur, sementara pasukan sahabat telah menduduki garis (pertahanan) yang lebih menguntungkan," lanjutnya.
Shusha terletak sekitar 15 kilometer (9 mil) dari kota terbesar di Nagorno-Karabakh, Stepanakert. Dua kota tersebut sejak lama telah diduduki oleh separatis Armenia.
Pertempuran terbaru Armenia-Azerbaijan telah tewaskan lebih dari 1.000 orang
Pertempuran terbaru antara Armenia dan Azerbaijan di Nagorno-Karabakh yang meletus pada 27 September lalu diperkirakan telah memakan korban jiwa lebih dari 1.000 orang, termasuk puluhan warga sipil.
Organisasi kemanusiaan yang tengah bertugas di wilayah konflik meyakini jumlah korban sebenarnya bisa lebih banyak dari kedua belah pihak maupun penduduk lokal.
Armenia dan Azerbaijan--dua negara pecahan Uni Soviet--telah berperang memperebutkan Nagorno-Karabakh sejak tahun 1990-an. Secara internasional, wilayah konflik tersebut diakui sebagai bagian dari Azerbaijan. Namun, dalam pemerintahannya dikuasai oleh separatis Armenia.
Selama hampir 30 tahun berperang--termasuk perang terbaru--sudah lebih dari 30.000 orang meninggal dunia.
Editor: Arif Budiwinarto