AS Tuduh Hamas Jadikan Anak-Anak sebagai Perisai Hidup di Gaza
WASHINGTON, iNews.id - Duta Besar AS untuk PBB Nikki Haley mengecam Hamas dan menuduh Palestina menggunakan anak-anak sebagai perisai. Tudingan ini merujuk pada kematian anak-anak selama aksi protes di Jalur Gaza.
"Siapa pun yang benar-benar peduli tentang anak-anak di Gaza harus mendesak Hamas segera berhenti menggunakan anak-anak sebagai umpan dalam konflik dengan Israel," kata Haley, dalam pertemuan Dewan Keamanan PBB, seperti dilaporkan AFP, Senin (30/4/2018).
Dalam sambutannya, Haley mencela penggunaan warga sipil sebagai perisai manusia di seluruh Timur Tengah.
"Sulit untuk memikirkan tindakan yang lebih pengecut, bahkan untuk seorang teroris, daripada bersembunyi di balik warga sipil yang tidak bersalah," ujar Haley.
PBB menyerukan penyelidikan independen atas kekerasan di Gaza.
Sementara itu, Dubes PBB untuk Timur Tengah Nickolay Mladenov mendesak Israel meminimalkan penggunaan senjata untuk mengatasi demonstrasi. Dia menekankan, senjata hanya boleh sebagai upaya terakhir.
Mladenov menyebut Hamas dan para pemimpin protes harus menjauhkan diri dari pagar pembatas dan anak-anak harus dilindungi secara khusus. Setidaknya empat anak tewas ditembak oleh pasukan Israel.
Sebanyak 45 warga Palestina, termasuk dua wartawan, tewas sejak aksi unjuk rasa dimulai pada 30 Maret di sepanjang perbatasan Gaza-Israel. Mereka mengalami luka tembakan dari peluru tajam. Selain itu lebih dari 1.000 lainnya luka.
Demonstrasi bertajuk Hari Kepulangan ini digelar untuk menentang pendudukan Israel atas tanah Palestina. Warga Palestina ingin kembali ke tanah mereka yang dirampas Israel saat perang 1948.
Puluhan ribu warga Palestina di Gaza turun ke jalan di beberapa titik di sepanjang pagar perbatasan Israel. Mereka membakar ban dan melempar batu ke arah pagar. Namun aksi perlawanan tak seberapa itu dibalas dengan tembakan peluru tajam dan peluru karet. Tak heran jika hampir semua korban mengalami luka tembakan.
Rencananya, aksi ini akan terus digelar sampai pertengahan Mei mendatang dan puncaknya saat peringatan hari kemerdekaan Israel.
Editor: Nathania Riris Michico