Awal Mula Ketegangan Taiwan dan China, dari Perang Saudara hingga Tak Diakui Kedaulatan
JAKARTA, iNews.id - Ketegangan terjadi antara Taiwan dan China selama 24 jam terakhir, Minggu (20/8/2023). Puluhan jet tempur China terbang di wilayah Taiwan.
Ketegangan baru-baru ini bermula karena kunjungan Wakil Presiden Taiwan William Lai ke Paraguay dan Amerika Serikat (AS). China meradang, karena Taiwan dinilai mencari simpati dan dukungan.
China memang tidak mengakui kedaulatan Taiwan. Sejak lama, Taiwan yang berada di pulau terpisah dengan daratan China, dianggap sebagai separatis.
Taiwan didirikan kelompok nasionalis Kuomintang yang dipimpin Chiang Kai-shek.
Melansir dari Reuters, kelompok nasionalis kalah dalam perang saudara dengan kelompok komunis pimpinan Mao Zedong pada 1949. Pengikut Chiang Kai-shek melarikan diri ke pulau yang kini menjadi Taiwan.
Di Taiwan, mereka mendirikan Republic of China (ROC), sementara pemerintahan komunis di bawah Mao Zedong mendirikan Republik Rakyat China (RRC) di daratan China.
Sejak itu, Taiwan dan daratan China hidup dalam status politik yang unik. Meskipun ROC berfungsi sebagai entitas negara yang independen dengan pemerintahan sendiri, sebagian besar komunitas internasional mengakui RRC sebagai pemerintah yang sah untuk seluruh China.
Frasa One China Policy atau Satu China dipopulerkan sejak 1972. Prinsip Satu China cukup unik dalam diplomasi modern.
China meminta negara-negara lain hanya mengakui ada satu China, termasuk Taiwan dan pulau-pulau lain di sekitarnya.
Namun, Taiwan tetap bisa berlaga di pertandingan olahraga dengan nama China Taipei dan tidak boleh mengibarkan bendera serta menyanyikan lagu kebangsaan.
Hubungan diplomatik dengan negara lain dibatasi akibat kebijakan Satu China. Namun, tetap ada hubungan perdangan dan budaya.
Saat ini, hanya 13 negara yang mengakui kedaulatan Taiwan seperti Belize, Guatemala, Haiti, Vatikan, Honduras, Kepulauan Marshalls, Nauru, Palau, Paraguay , Saint Kitts and Nevis, Saint Lucia, Saint Vincent and the Grenadines dan
Tuvalu.
Editor: Muhammad Fida Ul Haq