Biografi Sun Yat Sen, Perjalanan Politik Bapak Revolusi China Modern
Sejak saat itu, pengikut Yat Sen semakin ramai, mulai dari pelajar, kelompok bergengsi sampai orang-orang berpengaruh di China. Dukungan terhadapnya saat itu juga didasari oleh runtuhnya dinasti Qing dan propaganda kuat dari Liang Qi Chao, seorang pejuang reformasi yang sempat melarikan diri ke Jepang pada 1898 dan pendiri pers China. Citra Yat Sen di kalangan pelajar termasuk pelajar China yang berada di luar negeri terus meningkat. Tahun 1904, ia mendirikan beberapa organisasi revolusioner di Eropa dan menjadi kepala koalisi revolusioner, Liga Persatuan atau Tong Meng Hui di Tokyo.
Meningkatnya nama Sun Yat Sen membuatnya memperoleh banyaknya kesulitan. Di Liga Persatuan yang organisasinya terbilang longgar, ia tidak memiliki kendali atas para anggotanya. Terlebih, aksi-aksi protes dan pemberontakan yang diaturnya berakhir dengan kegagalan. Anggotanya banyak yang putus asa dan aliran keuangan investor menurun. Banyak pemerintah asing yang menjauhi Yat Sen. Pada 1907, pemerintah Jepang memberikan sejumlah uang dan memintanya meninggalkan Jepang.
Karena kehadirannya di Asia menjadi tabu, Yat Sen menghabiskan satu tahun mengasingkan diri dan berkeliling di Eropa dan Amerika Serikat. Pada 1910, dia kembali ke tanah airnya dan pergi lagi setelah pertemuan dengan kaum revolusioner lainnya, di mana bahasan mereka hanyalah upaya yang besar untuk merebut Guangzhou. Di Kanada dan Amerika Serikat, Yat Sen berkeliling mencari dana dan sebagainya untuk mendukung aksi-aksinya di masa depan.
Pada 1911, Qing menasionalisasikan semua jalur kereta api utama yang mengundang amarah warga lokal. Kemudian, pemberontakan dengan senjata terjadi di Sichuan. Tak lama dari insiden tersebut, kelompok revolusioner lainnya di Wuhan memulai pemberontakan lain yang tanpa diduga berhasil meruntuhkan pemerintah provinsi saat itu. Keberhasilan revolusioner lokal di Wuhan itu mendapat perhatian dari Yat Sen.
Saat itu, dia berada di Denver, Colorado. Desember di tahun yang sama, ia kembali ke Shanghai dan terpilih sebagai presiden sementara kala itu melalui delegasi di Nanjing. Dengan rezimnya yang lemah, ia membuat kesepakatan dengan Yuan Shi Kai, menteri kekaisaran yang kekuasaan penuh oleh istana dipercayakan kepadanya. Pada 1912, kaisar turun tahta, diikuti Yat Sen yang mengundurkan diri, dan dua hari setelah kaisar turun, Yuan Shi Kai terpilih menggantikan posisi Yat Sen sebelumnya.
Di tahun yang sama, Yuan menunjuk Yat Sen menjadi direktur jenderal pengembangan kereta api yang membangkitkan revolusi kedua di mana Yuan ditentang Yat Sen. Ketika kampanye untuk aksi protesnya gagal, lagi-lagi ia melarikan diri ke Jepang. Di sana, ia mencari bantuan dari Jepang dengan menjanjikan konsesi besar dari China juga mengasingkan kaum revolusioner lainnya dengan meminta mereka bersumpah setia kepadanya. Ia juga mendapat hujatan karena menikahi sekretarisnya, Song Qing Ling pada 1915 tanpa menceraikan istri pertamanya.