Bos Telegram Pavel Durov Ditangkap, Hubungan Rusia dan Prancis Makin Tegang
PARIS, iNews.id - Penangkapan pendiri Telegram, Pavel Durov, di Prancis menimbulkan ketegangan baru antara Prancis dan Rusia. Padahal, hubungan kedua negara tersebut sebelumnya memang sudah kurang bersahabat menyusul agresi militer Moskow ke Ukraina, 32 bulan silam.
Kondisi itu terungkap lewat laporan Wall Street Journal (WSJ) pada Minggu (25/8/2024), dengan mengutip seorang pejabat Prancis. Menurut media AS itu, dominasi Telegram di negara-negara bekas Uni Soviet dan penggunaannya oleh Rusia dan Ukraina untuk memberikan informasi tentang konflik Kiev-Moskow telah menarik perhatian Barat. WSJ juga meyakini bahwa Durov berpotensi menjadi aset berharga bagi badan intelijen Barat yang berusaha memecahkan pesan terenkripsi Telegram.
Pada Sabtu (24/8/2024) malam, media Prancis melaporkan bahwa Durov telah ditahan di Bandara Le Bourget, dekat Paris. Ini terjadi saat dia meninggalkan pesawat pribadinya, yang diduga tiba dari Azerbaijan. Durov, yang memiliki juga kewarganegaraan Prancis, dilaporkan masuk dalam daftar orang yang dicari negara Eropa Barat tersebut.
Sistem peradilan Prancis menganggap Durov terlibat dalam kejahatan karena sejumlah alasan, termasuk penolakan Telegram untuk bekerja sama dengan otoritas negara tersebut. Pendiri aplikasi pengiriman pesan itu terancam didakwa dengan sejumlah pasal pidana, antara lain terorisme, perdagangan narkoba, penipuan, dan pencucian uang.
Kedutaan Besar Rusia di Prancis menyatakan kepada kantor berita Sputnik bahwa otoritas Prancis sejauh ini menolak untuk bekerja sama terkait penahanan Durov. Sebelumnya, media Prancis melaporkan bahwa penahanan Durov telah diperpanjang pada Minggu malam.