China Ingatkan AS dan Jepang Tak Ubah Asia Pasifik Jadi Arena Gulat
BEIJING, iNews.id - China mengingatkan Amerika Serikat (AS) dan Jepang untuk tidak mengubah kawasan Asia Pasifik menjadi arena gulat. Jepang meningkatkan anggaran militernya untuk tahun fiskal mendatang sampai mencapai rekor tertinggi sejak Perang Dunia II. Tujuannya untuk mengimbangi kekuatan China serta mengantisipasi ancaman dari Korea Utara (Korut).
Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) China Wang Wenbin menyerukan agar AS dan Jepang tak menjadikan diri mereka sebagai musuh imajiner Beijing.
“Asia Pasifik adalah jangkar untuk perdamaian dan pembangunan, bukan arena gulat untuk persaingan geopolitik,” kata Wang, Jumat kemarin, seperti dikutip dari Sputnik.
Dia menambahkan, negara-negara Asia Pasifik mendukung keadilan dan melawan hegemoni seraya berharap bisa terlibat dalam kerja sama, bukan konfrontasi.
"Mereka menginginkan multilateralisme sejati dan menolak lingkaran kecil yang memicu konfrontasi blok,” ujarnya.
Wang juga mendesak AS dan Jepang untuk meninggalkan mentalitas Perang Dingin dan ideologi bias terhadap China.
"Berhenti menciptakan musuh imajiner dan berhenti mencoba menabur benih Perang Dingin baru di Asia Pasifik dan tidak menjadi pengganggu Asia Pasifik yang stabil,” tuturnya.
Lebih lanjut Wang menyinggung pernyataan bersama kedua negara melalui Komite Konsultatif Keamanan AS-Jepang di Washington DC pada 11 Januari lalu. Pertemuan melibatkan menteri luar negeri dan menteri pertahanan kedua negara itu menyinggung upaya China untuk membentuk kembali tatanan internasional dan secara sepihak memaksakan perubahan status quo di Laut China Timur sebagai hal yang memprihatinkan.
“Kata-kata tentang China dalam pernyataan bersama ini sangat bernada mentalitas Perang Dingin 'zero-sum', mengandung fitnah dan serangan tidak berdasar terhadap China,” kata Wang.
Dia menegaskan, AS dan Jepang berdalih ingin memajukan perdamaian dan keamanan di kawasan, namun di sisi lain mencari alasan untuk membangun militer dan menggunakan kekuatan militer secara sengaja.
China telah berulang kali mengungkapkan keprihatinan terhadap kebijakan AS di kawasan yang diistilahkan dengan 'bermain di halaman belakang rumahnya' merujuk pada isu Taiwan.
AS melanjutkan misi pelayaran kebebasan navigasi di Selat Taiwan dan Laut China Selatan dengan menggunakan kapal perang. China menuduh AS sedang mencari sekutu baru yang bersedia menjadi landasan penempatan rudal berkemampuan nuklir generasi baru berbasis darat.
Editor: Anton Suhartono