China Temukan Ribuan Kotak Es Krim Terkontaminasi Virus Corona
TIANJIN, iNews.id - China menemukan ribuan es krim yang telah terkontaminasi Covid-19. Temuan tersebut menghebohkan publik setelah tiga sampel es krim yang diproduksi dan beredar di pasar lokal dinyatakan positif terpapr virus mematikan itu.
Otoritas kesehatan Kota Tianjin melacak orang-orang yang mungkin melakukan kontak dengan es krim yang diproduksi Tianjin Daqiaodao Food Company itu.
Pihak berwenang mengatakan, perusahaan memproduksi 4.836 kotak es krim yang dinyatakan telah terkontaminasi Covid-19, 2.089 di antaranya telah disegel dalam penyimpanan. Sebanyak 935 kotak es krim telah beredar di pasar Tianjin dan daari jumah itu 65 terjual.
Warga lokal yang mungkin membeli produk tersebut harus segera melaporkan kondisi kesehatan dan efek yang dirasakan setelah mengonsumsinya. Pemerintah kota juga telah menginformasikan regulator pasar di provinsi lain untuk melecak ke mana saja es krim tersebut dikirim.
Investigasi epidemiologi awal menunjukkan, perusahaan memproduksi sejumlah es krim menggunakan bahan mentah, termasuk susu bubuk yang diimpor dari Selandia Baru, dan bubuk whey yang diimpor dari Ukraina.
Seorang ahli virus dari Universitas Leeds, Stephen Griffin, mengatakan kepada Sky News, perkembangan temuan sampel es krim yang mengandung Covid-19 itu tidak harus disikapi dengan panik.
"Sepertinya ini berasal dari seseorang dan belum diketahui detailnya. Saya kira ini mungkin terjadi hanya sekali. Kemungkinan besar, ini akibat dari masalah di pabrik, kemungkinan masalah dari kebersihan pabrik," ujarnya, dikutip dari Sky News, Sabtu (16/1/2021).

Dia menjelaskan, suhu dingin tempat es krim disimpan serta kadungan lemak di dalamnya bisa menjelaskan mengapa virus ada pada sampel es krim yang diambil. Namun, hal itu tidak begitu mengkhawatirkan.
“Kita tidak perlu panik dan mengira setiap es krim tiba-tiba terkontaminasi virus corona,” katanya.
Sebanyak 1.662 karyawan perusahaan es saat ini menjalani karantina seetelah melakukan tes Covid-19 pada Kamis lalu sesuai panduan Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) Tianjin.
Editor: Anton Suhartono