Dampak Perang Gaza: Kampus Eropa Balik Badan, Tolak Kolaborasi dengan Israel
TEL AVIV, iNews.id - Perang Gaza tak hanya mengguncang kondisi politik dan kemanusiaan di Timur Tengah, tetapi juga menciptakan gelombang dampak global yang kini terasa kuat di dunia akademik Eropa. Laporan terbaru dari Tim Pemantau Boikot Akademis Israel, dibentuk oleh Komite Presiden Universitas Universitas Tel Aviv, mengungkap semakin banyak kampus dan lembaga keilmuwan Eropa yang memilih memutus atau menangguhkan kerja sama dengan institusi Israel sejak perang Gaza pecah.
Hal yang mengejutkan, tekanan boikot ini tidak mereda meski perang telah berakhir. Sebaliknya, citra Israel yang kian negatif membuat kampus-kampus Eropa mengambil langkah tegas, membatasi hingga sepenuhnya menghentikan kolaborasi akademik dengan peneliti dan universitas Israel.
Gelombang Penolakan yang Kian Meluas
Menurut laporan yang dipublikasikan The Marker, boikot akademik terhadap Israel mengalami peningkatan drastis pada 2025. Hingga November, 1.000 universitas dan lembaga akademik Eropa telah menerapkan boikot penuh terhadap institusi Israel, angka tertinggi sepanjang sejarah hubungan akademik Israel-Eropa.
Tidak hanya lembaga, tapi banyak akademisi Eropa secara individu juga menolak bekerja sama dengan peneliti Israel, baik dalam proyek riset, publikasi, maupun forum ilmiah internasional.
Berakhirnya Perang Gaza Tidak Mengubah Sikap Eropa
Tim Pemantau Boikot menegaskan citra buruk Israel di Eropa telah “telanjur mengakar dalam” membuat langkah diplomatik biasa tidak lagi cukup untuk memperbaiki persepsi tersebut. Perang Gaza menjadi titik balik yang mempercepat perubahan sikap kampus-kampus Eropa, yang kini lebih sensitif terhadap isu kemanusiaan dan pelanggaran hak asasi manusia.
Aksi boikot pun bergeser dari gerakan moral menjadi kebijakan institusional, mencerminkan tekanan publik dan mahasiswa yang meningkat terhadap pemerintah dan universitas di Eropa.
Proyek Riset Mendadak Mandek
Salah satu dampak paling signifikan adalah penurunan tajam hibah riset dari program Horizon Eropa, sumber pendanaan sains terbesar Uni Eropa. Pada 2025, banyak akademisi Israel dikeluarkan dari konsorsium riset internasional yang mengajukan pendanaan ke Horizon Eropa.
Akibatnya, akses Israel terhadap dana ilmiah lintas negara anjlok, sebuah pukulan besar karena selama bertahun-tahun Israel menjadi salah satu penerima manfaat terbesar program tersebut.
Rinciannya sebagai berikut: