Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Bertemu 45 Menit, Luhut: Prabowo Gembira Negosiasi Tarif dengan AS akan Rampung
Advertisement . Scroll to see content

Demonstrasi di Amerika Serikat

Senin, 01 Juni 2020 - 08:22:00 WIB
Demonstrasi di Amerika Serikat
Deden Rukmana. (Foto: Dok. pribadi)
Advertisement . Scroll to see content

Tanpa suara-suara dan demonstrasi yang disampaikan oleh orang-orang hitam tersebut, penghapusan Hukum Jim Crow yang diskriminatif tidak akan terjadi. Demonstrasi-demonstrasi tersebut tentunya mendapatkan juga perlawanan dan opresi oleh institusi dan orang-orang putih di berbagai tempat.

Melalui proses yang panjang dan juga dukungan dari politisi berkulit putih yang lebih terbuka misalnya John F Kennedy dan Lyndon B Johnson, akhirnya demonstrasi tersebut menghasilkan perubahan hak-hak sipil orang hitam di AS.

Ketidakadilan dalam sistem hukum pidana

Film dokumentasi berjudul "13th" yang diproduksi Netflix pada 2016 menceritakan bagaimana sistem politik dan kebijakan di AS melakukan kriminalisasi terhadap orang hitam. Film ini menceritakan terjadinya ketidakadilan hukum pidana bagi orang Hitam. Setelah berakhirnya perang saudara, orang hitam dihukum secara tidak adil, masuk penjara dan bekerja tanpa upah untuk kepentingan negara bagian.

Film ini juga mengungkapkan pendapat para aktivis, sejarawan, dan ahli bagaimana politisi AS menggunakan “ketegasan untuk menindak kriminal” dan “pemenjaraan massal” sebagai kata kunci untuk menarik pemilih. Penguatan polisi di tingkat lokal juga dilakukan untuk menindak tegas kriminal. Orang hitam, khususnya lelaki, secara tidak proporsional adalah korban dari sistem ini.

Ketidakadilan dalam sistem hukum pidana yang merugikan orang hitam telah berlangsung ratusan tahun di AS. Kesalahan persepsi terhadap orang hitam sebagai pelaku kriminal telah melekat lama dalam kehidupan di AS. Semua ini adalah juga akibat dari legasi perbudakan dan Peraturan Jim Crow yang diskriminatif di masa lalu.

Kematian George Floyd dan kampanye antirasial

Kematian orang hitam akibat kekerasan polisi di AS sudah sering terjadi. Pada 2012, terbentuk gerakan Black Lives Matter yang mengkampanyekan antikekerasan dan sistematis rasial terhadap orang hitam.

Gerakan ini dipicu oleh tewasnya anak remaja hitam bernama Trayvon Martin di Florida (Februari 2012). Tewasnya Eric Garner di New York City (Juli 2012) dan Michael Brown di Ferguson (Agustus 2014) juga menguatkan gerakan ini. Gerakan ini meredup seiring dengan terpilihnya Presiden Donald Trump sebagai presiden AS pada 2016.

Kematian George Floyd kembali menggugah gerakan Black Lives Matter untuk mengkampanyekan antikekerasan dan perlawanan atas ketidakadilan terhadap orang hitam. Para demonstran di berbagai kota di negeri Paman Sam menuntut keadilan terhadap orang hitam yang selama ini menjadi korban secara tidak proporsional dari sistem hukum pidana dan kehidupan secara umum di AS.

Terima kasih kepada semua pembaca. Besar harapan saya agar kita semua belajar dari pengalaman di AS untuk bisa mewujudkan dunia yang lebih adil bagi semua. Keadilan adalah hak asasi semua manusia. ***

Editor: Ahmad Islamy Jamil

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut