Deretan Negara Tarik Dubes dari Israel akibat Perang di Gaza, Ada yang Putuskan Hubungan
Turki turut menarik dubes untuk Israel, Sabtu pagi, 4 November. Penarikan dubes itu sebagai bentuk keprihatinan atas tragedi kemanusiaan di Gaza dan penolakan Israel terhadap seruan gencatan senjata.
Turki bergabung dengan negara-negara yang menarik duta besar dari Israel sebagai protes terhadap pengeboman di Gaza dalam empat minggu, sejak serangan lintas batas Hamas pada 7 Oktober.
"(Perdana Menteri Israel) Netanyahu bukan lagi seseorang yang dapat kita ajak bicara. Kami telah menghapusnya," kata Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan pada Jumat, 3 November malam, dikutip oleh media Turki.

Langkah tersebut menjadi yang terbaru diambil Turki untuk menjauhkan diri dari Israel. Namun, tindakan tersebut tampaknya tidak mencerminkan pemutusan hubungan diplomatik kedua negara secara penuh.
"Pemutusan hubungan sepenuhnya tidak mungkin dilakukan, terutama dalam diplomasi internasional," kata Erdogan.
"Tetapi Netanyahu memikul tanggung jawab utama atas kekerasan tersebut. Yang perlu dia lakukan adalah mengambil langkah mundur dan menghentikannya."
Sementara Dubes Israel untuk Turki, Irit Lillian telah meninggalkan Turki pada bulan Oktober menyusul peringatan dari Dewan Keamanan Nasional Israel agar tidak melakukan perjalanan ke Turki. Alasannya, kekhawatiran bahwa warga Israel dapat menjadi sasaran para pengunjuk rasa.
Kolombia menarik dubesnya untuk Israel, Margarita Manjarrez pada Selasa, 31 Oktober 2023. Momen itu bersamaan ketika Presiden Gustavo Petro memperingatkan bahwa negaranya akan memutuskan hubungan diplomatik jika pasukan Israel tidak berhenti menyerang warga sipil di Jalur Gaza.
"Saya telah memutuskan untuk memanggil duta besar kami untuk Israel untuk berkonsultasi. Jika Israel tidak menghentikan pembantaian rakyat Palestina, kita tidak bisa berada di sana," kata Petro dalam cuitannya di X, dikutip dari Anadolu.
Ia termasuk pemimpin dunia pertama yang mengutuk serangan tentara Israel di Jalur Gaza sebagai genosida yang dilakukan Israel terhadap rakyat Palestina.
Setelah Hamas melancarkan serangan mendadak terhadap Israel pada 7 Oktober, Petro menunjukkan dukungannya terhadap perjuangan Palestina dan mengutuk Israel, membandingkan mereka dengan Nazi.
"Sekarang neo-Nazi menginginkan kehancuran rakyat, kebebasan, dan budaya Palestina," tulisnya di X.
"Jika kami harus menghentikan hubungan luar negeri dengan Israel, kami akan menangguhkannya. Kami tidak mendukung genosida," tulisnya.