Disney dan Universal Gugat Perusahaan AI Rp320 Miliar Langgar Hak Cipta
Persoalan tersebut mencuat di tengah kekhawatiran luas dari berbagai kalangan kreatif. Para seniman, penulis, musisi, dan aktor telah lama menyuarakan keresahan mengenai bagaimana karya atau citra mereka digunakan sebagai bahan pelatihan model AI yang sering kali tanpa sepengetahuan atau izin.
Perdebatan tersebut bukan hanya soal hukum, melainkan menyangkut etika, keberlangsungan profesi, dan masa depan industri kreatif di era digital.
Kendati demikian, Disney tidak menampik mereka sebetulnya mendukung pemanfaatan AI sebagai alat untuk memperluas kreativitas manusia. Namun, mereka menegaskan penggunaan teknologi tidak boleh menjadi dalih untuk melanggar hukum.
“Pembajakan tetaplah pembajakan, dan fakta bahwa pelakunya adalah perusahaan AI tidak mengubah esensinya,” ujar Horacio Gutierrez, Wakil Presiden Eksekutif dan Kepala Divisi Legal Disney, dalam pernyataan resminya.
Hal senada disampaikan Motion Picture Association, yang menyebut perlindungan hak cipta sebagai fondasi utama industri kreatif global. Mereka menilai perlunya pendekatan seimbang dalam memanfaatkan teknologi AI, agar inovasi tetap berkembang tanpa mengorbankan hak-hak kreator.