Duh, Bunuh Diri di Jepang Melonjak saat Gelombang Kedua Pandemi Covid
TOKYO, iNews.id – Tingkat bunuh diri di Jepang melonjak pada gelombang kedua pandemi Covid. Sebuah studi menunjukkan, fenomena itu terutama terjadi di kalangan perempuan dan anak-anak.
Padahal, tingkat bunuh diri di negeri sakura sempat turun pada gelombang pertama wabah virus corona. Ketika itu, pemerintah setempat mengucurkan subsidi atau semacam bantuan sosial (bansos) kepada warga untuk meringankan beban mereka saat menghadapi pandemi.
Tingkat bunuh diri di Jepang sepanjang Juli-Oktober lalu naik 16 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Angka itu mengalami pembalikan cukup tajam dari penurunan pada Februari-Juni 2020 sebesar 14 persen.
Data tersebut di atas terangkum dalam studi yang dilakukan para peneliti di Universitas Sains dan Teknologi Hong Kong bekerja sama dengan Institut Gerontologi Metropolitan Tokyo.
“Tidak seperti keadaan ekonomi normal, pandemi ini secara tidak proporsional memengaruhi kesehatan psikologis anak-anak, remaja, dan perempuan (terutama ibu rumah tangga),” ungkap para penulis dalam penelitian yang diterbitkan di jurnal Nature Human Behavior, Jumat (15/1/2021) lalu, dikutip kembali Reuters, Selasa (19/1/2021).
Menurut studi tersebut, penurunan angka bunuh diri di Jepang pada periode Februari-Juni 2020 dipengaruhi oleh beberapa faktor yang terkait dengan penanganan wabah Covid-19, seperti subsidi pemerintah, berkurangnya jam kerja, dan penutupan sekolah.
Namun, penurunan itu berbalik pada bulan-bulan berikutnya. Tingkat bunuh diri di negeri samurai melonjak 37 persen pada kelompok perempuan. Jumlah itu sekitar lima kali lipat tingkat bunuh diri di kalangan pria Jepang.
Menurut riset tersebut, kenaikan angka bunuh diri itu disebabkan pandemi berkepanjangan telah mengoyak-ngoyak industri yang didominasi perempuan. Di samping itu, pandemi juga meningkatkan beban psikis pada kaum ibu yang bekerja, sementara pada saat yang sama kekerasan dalam rumah tangga juga terus meningkat.
Studi yang disusun berdasarkan data Kementerian Kesehatan dari November 2016 hingga Oktober 2020 itu juga menemukan bahwa tingkat bunuh diri anak di Jepang melonjak 49 persen pada gelombang kedua pandemi virus corona. Fenomena itu terjadi seiring dengan periode pascapenutupan sekolah secara nasional.
Perdana Menteri Jepang, Yoshihide Suga, pada bulan ini menyatakan keadaan darurat Covid-19 untuk Tokyo dan tiga prefektur sekitarnya. Langkah itu sebagai upaya untuk membendung kebangkitan kembali wabah virus corona.
Suga kemudian memperluas status darurat itu ke tujuh prefektur lainnya, termasuk Osaka dan Kyoto.
Menteri Rerformasi Administrasi dan Peraturan Jepang, Taro Kono, pada Kamis lalu mengatakan bahwa pemerintah akan mempertimbangkan untuk memperpanjang keadaan darurat Covid, sepanjang itu tidak mematikan ekonomi.
“Orang-orang khawatir akan Covid-19. Tetapi banyak juga orang bunuh diri karena kehilangan pekerjaan, kehilangan penghasilan, dan tidak bisa melihat harapan. Kami perlu mencapai keseimbangan antara mengatasi Covid-19 dan mengelola ekonomi,” tuturnya.
Editor: Ahmad Islamy Jamil