Fakta Kehidupan Algojo Eksekutor Hukuman Pancung, Hilangkan Iba demi Perintah
Meski mengerikan, Abdallah tetap profesional menjalankan tugas karena ini bukan hanya perintah pengadilan tapi juga agama.
Dalam menjalankan tugas, sempat timbul rasa kasihan kepada orang yang akan dipancung. Namun perasaan itu justru akan mempersulit tugasnya dalam melaksanakan eksekusi. Oleh Karena itu, dia coba menghilangkan rasa iba, bahkan kepada orang yang dia kenal sekalipun.
Abdallah mengaku pernah mengeksekusi orang-orang terdekat, namun tidak terpengaruh dengan faktor kedekatan dengan orang tersebut. Dia tetap menjalankan tugas sebaik-baiknya.
Bila dulu mewarisi pekerjaan sebagai algojo dari ayahnya, giliran Abdallah melakukan terhadap anaknya. Pekerjaan Abdallah sebagai algojo telah diturunkan kepada anak pertamanya, Badr. Kini, Badr ditempatkan di Riyadh, ibu kota Arab Saudi.
Hal serupa juga disampaikan Muhammad Saad Al Beshi, algojo senior lainnya. Dia mengatakan tugas memancung orang sesuai dengan perintah Allah, sehingga tak masalah mengeksekusi 2, 4 atau 10 orang.
Sebenarnya menghukum mati seseorang juga dilakukan negara lain, hanya bentuknya berbeda, seperti tembakan, gantung, atau injeksi.
Al Beshi memulai profesi sebagai algojo pada 1998 di Jeddah. Awalnya, pekerjaan itu membuatnya gugup, apalagi banyak mata yang menyaksikan proses hukum pancung. Namun, seiring waktu, Al Beshi mampu mengatasinya.
Editor: Anton Suhartono