Ferdinand Marcos Jr Janji Keras ke China soal Sengketa Wilayah: Tak Ada Kompromi!
MANILA, iNews.id - Presiden Filipina terpilih Ferdinand Marcos Jr berjanji tak akan membiarkan campur tangan asing. Dia juga berkomitmen mempertahankan kedaulatan negara dan melawan setiap gangguan China terkait sengketa perairan di Laut China Selatan.
Dalam pernyataan, Kamis (26/5/2022), pria yang akan dilantik sebagai presiden pada 30 Juni itu menegaskan akan menolak klaim China dan tetap berpegang pada putusan Pengadilan Arbitrase Internasional tahun 2016 yang memperjelas wilayah hak ekonomi Filipina.
"Tidak ada ruang gerak di sana. Kedaulatan kita adalah suci. Kita tidak akan mengompromikannya dengan cara apa pun," kata Marcos, dalam wawancara dengan juru bicaranya yang baru, sebagaimana ditayangkan di Facebook.
"Kita adalah negara berdaulat dengan pemerintahan yang berfungsi. Kita tidak perlu diberi tahu oleh siapa pun tentang bagaimana menjalankan negara sendiri. Tidak ada ruang untuk negosiasi di sana. Itu suci, tidak bisa diganggu gugat," ujarnya, menambahkan.
Lebih lanjut putra Ferdinand Marcos, diktator Filipina yang digulingkan melalui people power pada 1986, itu mengatakan tidak akan membiarkan garis pantai negaranya atau zona ekonomi eksklusif sejauh 200 mil dilanggar.
"Bagaimana kita melakukan ini? Kita berbicara dengan China secara konsisten dengan suara yang tegas," kata Marcos.
Sikap terbaru dari pria 64 tahun itu mengundang pertanyaan. Pasalnya Macros Jr diperkirakan akan condong ke China setelah pada pekan lalu berjanji untuk meningkatkan hubungan dengan China. Bahkan dalam percakapannya dengan Presiden Xi Jinping, dia ingin meningkatkan hubungan kedua negara ke tingkat yang baru.
Di sisi lain, sikap pro-China Marcos Jr itu bisa mengganggu hubungan Filipina dengan Amerika Serikat yang sudah terjalin sangat baik sejak lama.
Marcos Jr juga mengatakan pemerintahannya akan mengadopsi kebijakan luar negeri yang independen seraya mengakui bahwa kemitraan internasional merupakan kunci untuk mewujudkan kawasan yang stabil.
“Tidak hanya secara ekonomi, tapi secara geopolitik. Ketika kita keluar dari pandemi dan krisis yang dibawanya, kita harus membentuk aliansi dan kemitraan. Tidak ada negara yang bisa mengubah situasi geopolitiknya sendiri. Kemitraan itulah yang akan menjaga stabilitas,” ujarnya.
Editor: Anton Suhartono