Hati-Hati Beri Cupang di Leher, Bisa Bikin Stroke

WELLINGTON, iNews.id - Seorang wanita asal Selandia Baru tiba-tiba lumpuh (stroke) sehingga dilarikan ke rumah sakit. Dokter mengatakan, penyebab kelumpuhan akibat gigitan cinta atau cupang yang ada di leher pasien. 

Hal ini diceritakan oleh seorang dokter di National Health Service (NHS) Inggris, dr Karan Rajan melalui akunTikToknya, @dr.karanr. Dia menyarankan agar tak melakukan gigitan cinta di leher karena akibatnya bisa fatal. 

Baca Juga

4 Alasan Thailand Terus Menyerang Kamboja, Salah Satunya Tak Ada Gencatan Senjata

Dia menceritakan, pada tahun 2011, seorang wanita di Selandia Baru sedang menonton TV. Tiba-tiba dia merasa lengannya menjadi lumpuh.

"Ketika dia dibawa ke rumah sakit, dokter tidak dapat menemukan penyebab kelumpuhan sampai mereka melihat cupang di lehernya," katanya.

Baca Juga

Cemburu Buta Lihat Pacar Diantar Pria Lain, Pemuda Ini Habisi Teman

Masalahnya, cupang itu terletak pada arteri karotisnya atau pembuluh darah besar yang memasok oksigen dan darah ke otak.

“Ketika seseorang mendapat cupang, hisapannya menyebabkan trauma pada pembuluh darah permukaan dan sering menyebabkan pecah dan meninggalkan memar," katanya.

Arteri karotis terletak dekat dengan permukaan tersebut. Itulah sebabnya, seseorang bisa merasakan denyut nadi di leher.

Dalam kasus pasien wanita tersebut, cupang kemungkinan telah menyebabkan trauma pada arteri karotis. Akibatnya, aliran darah terganggu dan menggumpal. 

"Gumpalan ini kemungkinan menyebabkan aliran darah yang buruk ke otak yang mengakibatkan stroke,"

Dia menambahkan, stroke akibat cupang jarang terjadi. Tetapi hingga saat ini, setidaknya ada tiga kasus yang telah dilaporkan.

Video TikTok dr Karan ini pun viral dan telah ditonton lebih dari 500.000 kali. Unggahan itu memicu banyak komentar warganet. Kebanyakan dari mereka menjadi ngeri setelah mendapatkan penjelasan dalam video tersebut. 

"Ibuku menceritakan kisah ini setiap kali saya mendapat cupang yang mengatakan itu bisa membunuhku," kata salah satu warganet.

Editor: Umaya Khusniah