Hati-Hati! China Ingatkan Warganya Bahaya Operasi Plastik di Korsel
SEOUL, iNews.id – Kedutaan Besar China di Seoul memperingatkan warganya akan bahaya operasi plastik di Korea Selatan (Korsel). Bahaya tersebut mulai dari risiko kematian hingga perubahan besar pada wajah yang membuat seseorang sulit melewati pemeriksaan imigrasi saat memasuki negara lain.
Korsel dikenal sebagai salah satu tujuan wisata medis paling populer di dunia. Negeri ginseng tersebut sukses menjaring banyak pasien asing dalam satu dekade terakhir—yang sebagian besar berasal dari China dan Amerika Serikat, menurut situs penyedia data Statista.
“Dalam beberapa tahun terakhir, banyak orang asing datang ke Korea Selatan untuk melakukan operasi kosmetik, dan beberapa orang terlibat dalam sengketa medis dan kegagalan bedah, bahkan terjadi kematian,” ungkap Kedutaan Besar China di Seoul dalam catatannya kepada publik, seperti dikutip Reuters, Jumat (19/1/2024).
Catatan tersebut menyusul kematian seorang wanita China pada bulan ini setelah menjalani operasi sedot lemak tiga kali di sebuah klinik operasi plastik di daerah Gangnam, Seoul.
Kedubes China juga meminta warganya agar berhati-hati terhadap iklan operasi plastik dan memperhatikan risikonya. Warga negeri tirai bambu juga diingatkan agar memilih dengan cermat serta memeriksa legitimasi institusi medis atau ahli bedah yang hendak digunakan jasanya.
“Jika ada perubahan besar pada penampilan pascaoperasi, atau jika Anda masih dalam tahap pemulihan pascaoperasi, sebaiknya membawa surat keterangan bedah saat meninggalkan negara tersebut,” kata Kedubes China.
Menurut misi diplomatik tersebut, tindakan pencegahan semacam itu akan membantu pasien yang telah menjalani operasi plastik terhindar dari masalah pada prosedur check-in atau prosedur masuk dan keluar negeri berikutnya.
Menurut International Society of Aesthetic Plastic Surgery, Korsel memiliki 2.718 ahli bedah plastik pada 2022. Jumlah tersebut hampir sama dengan 3.000 ahli bedah (perkiraan) yang dimiliki China, meski populasi di negeri tirai bambu 28 kali lebih besar daripada Korsel.
Editor: Ahmad Islamy Jamil