Intelijen: Ancaman Terbesar Jelang Pilpres AS Adalah Rusia Bukan China
WASHINGTON, iNews.id - Pejabat intelijen Amerika Serikat mengubah pandangannya mengenai potensi intervensi China dalam pemilu presiden (Pilpres) AS 2020. Mereka menyebut ancaman sebenarnya adalah Rusia bukan China.
Selama berbulan-bulan, intelijen Amerika Serikat memperingatkan bahaya campur tangan politik China dalam Pilpres AS pada 3 November mendatang.
April lalu, Presiden Donald Trump mengklaim China tidak menginginkan politikus Partai Republik terpilih kedua kalinya. Pernyataan Trump dipertegas oleh Direktur Pusat Kontra Intelijen dan Keamanan Nasional Amerika Serikat, Bill Evanina. Dia menyebut China menyiapkan cara-cara untuk memperluas pengaruhnya.
Pandangan terhadap intervensi China berubah
Namun, pandangan mengenai potensi intervensi China dalam Pilpres AS 2020 nampaknya mulai bergeser. Ini disebabkan temuan intelijen yang menunjukkan keterlibatan peretas dukungan Rusia menargetkan pemerintah negara bagian dan berhasil mencuri data dalam dua kasus.
Tuduhan itu muncul tak lama setelah para pejabat menuding Rusia dan Iran menggunakan informasi pendaftaran pemilih AS untuk merusak kampanye Trump.
Sedangkan, tuduhan China akan ikut campur sepanjang masa kampanye sampai mendakati hari pemilihan sama sekali tidak menunjukkan aktivitas yang signifikan.
Upaya misinformasi asing yang didukung China diklaim memiliki jangkauan sangat kecil dibandingkan upaya Rusia sebelum pemilihan Presiden AS pada 2016 lalu.
"China mempelajari apa yang dilakukan Rusia pada 2016 dengan sangat cermat," kata Pakar Keamanan Siber, James Lewis, dikutip dari CNN, Sabt (24/10/2020).
"Mereka ingin bisa melakukan apa yang dilakukan orang-orang Rusia tetapi mereka tidak begitu pandai dalam hal itu," lanjutnya.
Operasi China diyakini lebih produktif di masa depan
Namun demikian, para ahli memperkirakan operasi pengaruh China akan menjadi lebih masif dalam beberapa dekade mendatang. Mereka akan memperingatkan China akan memiliki lebih banyak bagian dari jaringan telekomunikasi global dan mengekspor sistem sensor dalam melancarkan propagandanya ke pemerintah lain.
Mantan agen khusus FBI dan ahli perang siber, Clint Watts, mengatakan di depan Kongres AS operasi intervensi China akan lebih produktif dari waktu ke waktu dan berhasil seiring waktu karena mereka dapat mengontrol seluruh lingkungan informasi.
Agustus lalu, juru bicara Kementerian Luar Negeri China mengatakan mereka tidak pernah ikut campur dalam pemilihan AS dan tidak tertarik melakukan itu di masa depan.
Editor: Arif Budiwinarto