GAZA, iNews.id - Israel melancarkan serangan mematikan ke tenda pengungsi di wilayah Al Mawasi, Khan Younis, Rabu (3/12/2025) malam. Sedikitnya lima warga sipil tewas, termasuk dua anak-anak, dalam insiden yang langsung memicu kecaman keras dari Hamas.
Kelompok perlawanan Palestina yang berkuasa di Jalur Gaza itu menyebutnya sebagai pelanggaran gencatan senjata terang-terangan oleh Israel.
Putin Tegaskan Rusia akan Bebaskan Seluruh Donbass, Peringatkan Perang Dahsyat
Serangan tersebut terjadi setelah baku tembak antara pasukan Israel dan pejuang Gaza di Rafah, di mana lima tentara Israel terluka akibat serangan dari pejuang Palestina yang muncul dari terowongan bawah tanah. Namun Hamas menegaskan, insiden baku tembak itu tidak dapat dijadikan dalih bagi Israel untuk menyerang area pengungsian yang selama ini dijamin aman dalam perjanjian gencatan senjata.
Tenda Pengungsi Terbakar, Anak-Anak Jadi Korban
Perang Gaza dan Ukraina Dongkrak Penjualan Senjata Global 2024, Perusahaan Israel Raup Untung
Serangan mematikan itu menargetkan tenda pengungsi di kamp Al Mawasi, salah satu dari sedikit wilayah yang ditetapkan sebagai zona aman. Ledakan menghantam beberapa tenda dan memicu kebakaran yang menghanguskan tempat tinggal sementara para keluarga pengungsi.
Militer Israel mengklaim operasi tersebut menyasar seorang pejabat senior Hamas di Rafah. Namun tak ada bukti yang disampaikan publik, dan korban yang jatuh justru warga sipil tak bersenjata.
Max Planck Sebut 100.000 Warga Gaza Tewas akibat Serangan Israel, Ini Perinciannya
Hamas: Israel Melanggar Gencatan Senjata Secara Terang-Terangan
Melalui pernyataan resmi, Hamas mengecam keras serangan tersebut, menyebutnya sebagai kejahatan perang yang nyata,
pengabaian total terhadap perjanjian gencatan senjata, serta upaya terang-terangan untuk menghindari kewajiban internasional.
Hamas menegaskan pihaknya mematuhi sepenuhnya perjanjian gencatan senjata yang berlaku sejak 10 Oktober serta kehilangan komunikasi dengan sekitar 200 pejuangnya yang terjebak di terowongan Rafah.
Kelompok itu menuntut para mediator internasional, termasuk negara-negara penjamin gencatan senjata, untuk menekan pemerintah Israel menghentikan pelanggaran yang terus berulang.
Hamas menegaskan Israel harus bertanggung jawab penuh atas eskalasi terbaru dan mendesak komunitas internasional untuk tidak membiarkan pelanggaran gencatan senjata berlangsung tanpa konsekuensi.
Netanyahu Ancam Balas Serangan, Ketegangan Memuncak
Serangan terhadap tenda pengungsi terjadi hanya beberapa jam setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu mengancam akan membalas baku tembak di Rafah. Ancaman itu muncul menyusul laporan bahwa lima tentaranya terluka.
Media Israel juga menyebut sekitar 200 pejuang Hamas terjebak di terowongan Rafah, namun belum ada respons dari pemerintah Netanyahu terkait tuntutan agar mereka diberi jalur aman keluar.
Korban Terus Bertambah di Tengah Gencatan Senjata
Data Kementerian Kesehatan Palestina di Gaza menyebutkan, sejak perang pecah pada 7 Oktober 2023 lebih dari 70.000 warga Gaza tewas, mayoritas perempuan dan anak-anak. Selain itu hampir 171.000 orang terluka.
Bahkan selama masa gencatan senjata yang seharusnya menghentikan kekerasan pada 10 Oktober lalu, 360 warga Gaza tewas akibat serangan Israel, angka yang terus membayangi efektivitas dan kredibilitas perjanjian tersebut.
Editor: Anton Suhartono
- Sumatra
- Jawa
- Kalimantan
- Sulawesi
- Papua
- Kepulauan Nusa Tenggara
- Kepulauan Maluku