Joe Biden Akhirnya Telepon Benjamin Netanyahu, Ini yang Mereka Bahas
WASHINGTON DC, iNews.id – Presiden AS Joe Biden akhirnya menelepon Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, Rabu (17/2/2021) waktu Amerika. Netanyahu menjadi pemimpin negara pertama di kawasan Timur Tengah yang mendapat telepon dari Biden, sejak presiden ke-46 itu mulai menjabat pada 20 Januari lalu.
Sebelumnya, sempat beredar spekulasi bahwa Biden tidak senang atas hubungan dekat Netanyahu dengan mantan Presiden AS Donald Trump. Hal itu diduga menyebabkan Biden tidak memprioritaskan Netanyahu sebagai pemimpin negara yang mesti dia hubungi tak lama setelah resmi menjabat presiden Amerika Serikat.
Sementara Trump, langsung menelepon Netanyahu hanya berselang dua hari setelah dilantik sebagai bos Gedung Putih pada 2017.
Biden telah menelepon belasan pemimpin dunia lainnya sejak menjabat pada 20 Januari. Secara tradisional, mendapat panggilan telepon dari seorang presiden AS yang baru menjabat dianggap sebagai sebuah kehormatan oleh kepala negara atau kepala pemerintahan di banyak negara.
Karenanya, penundaan panggilan telepon ke Netanyahu secara luas dinilai para analis politik sebagai pertanda bahwa Biden tidak ingin terlihat mendukung Netanyahu menjelang digelarnya Pemilu Israel pada 23 Maret mendatang.
Kendati demikian, laporan yang dirilis pemerintah kedua negara tidak menunjukkan adanya tanda-tanda ketegangan dalam percakapan telepon antara Biden dan Netanyahu, Rabu (17/2/2021).
Biden dan Netanyahu berbicara selama sekitar satu jam, membahas berbagai topik termasuk soal “ancaman Iran” dan hubungan Israel dengan negara-negara Arab dan Muslim. “Kedua pemimpin mencatat hubungan pribadi lama mereka,” ungkap Kantor Perdana Menteri Israel, lewat pernyataan yang dikutip Reuters, Kamis (18/2/2021) WIB.
Sementara, Gedung Putih menyatakan, Biden bermaksud memperkuat kerja sama pertahanan dengan Israel dan menekankan dukungannya untuk normalisasi hubungan dengan negara-negara tetangga Arab. Politikus Partai Demokrat itu juga menekankan pentingnya upaya menuju perdamaian antara Israel dan Palestina.
Editor: Ahmad Islamy Jamil