Jurnalis Hilang, Trump Tak Akan Batasi Penjualan Senjata ke Saudi
WASHINGTON, iNews.id - Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengaku tidak akan membatasi penjualan senjata ke Saudi, menyusul hilangnya jurnalis Jamal Khashoggi, meski dirinya menghadapi tekanan dari anggota parlemen AS.
Arab Saudi merupakan salah satu pembeli senjata terbesar di dunia, dengan sebagian besar berasal dari AS.
Khashoggi, kontributor The Washington Post, menghilang lebih dari sepekan lalu saat berkunjung ke konsulat Saudi di Istanbul, Turki. Sumber pemerintah Turki mengatakan dia dibunuh di sana, klaim yang dibanbtah Saudi.
Trump menegaskan kembali keinginannya menerima jawaban atas apa yang terjadi pada Khashoggi. Namun dia tidak ingin mengorbankan pekerjaan dan pendapatan yang dihasilkan oleh kesepakatan jual beli senjata.
"Itu tidak akan bisa diterima. Mereka menghabiskan 110 miliar dolar AS untuk peralatan militer dan untuk hal-hal yang menciptakan lapangan kerja," kata Trump di Gedung Oval, seperti dilaporkan AFP, Jumat (12/10/2018).
"Orang-orang Saudi akan mengambil uang itu dan membelanjakannya di Rusia atau China atau di tempat lain. Saya pikir ada cara lain. Jika ternyata keadaan menjadi semakin buruk, pasti ada cara lain untuk menangani situasi."
Trump juga kembali menyatakan keprihatinannya tentang nasib Khashoggi.
"Kami tidak menyukainya. Kami bahkan tidak menyukainya sedikit pun."
Pada Rabu (10/10/2018), Senator AS menulis surat kepada Trump menuntut penyelidikan hilangnya Khashoggi di bawah Global Magnitsky Human Rights Accountability Act (UU Akuntabilitas Hak Asasi Manusia Magnitsky Global).
Global Magnitsky Human Rights Accountability Act, yang disahkan pada 2016, mengharuskan Gedung Putih meluncurkan penyelidikan terhadap pelanggaran hak asasi manusia (HAM) di mana pun di bumi ini jika diminta oleh komite Hubungan Luar Negeri Senat.
Senator-senator termasuk dari Partai Republik mengisyaratkan penjualan senjata bisa menjadi cara untuk menghukum Saudi.
"Arab Saudi perlu menyelesaikan masalah ini segera," kata Senator Republik, Cory Gardner.
"Jelas ada kemungkinan ini bisa berakhir sangat buruk, dan itu jika Saudi memang bertanggung jawab untuk (kasus) ini," imbuhnya.
"Penjualan senjata tentu akan menjadi, saya pikir, perhatian besar."
Kongres memiliki kekuatan untuk memblokir sementara kesepakatan senjata dan beberapa senator memberi isyarat akan mempertimbangkan melakukannya.
Sebelumnya kepada Fox News, Trump mengatakan situasi Khashoggi menandai preseden mengerikan.
"Kami tidak bisa membiarkannya terjadi. Dan kami sangat keras dan memiliki simpatisan di sana."
Khashoggi gencar mengkritik Putra Mahkota Muhammad bin Salman dalam tulisan-tulisannya.
The Washington Post melaporkan, Pangeran Muhammad memerintahkan operasi untuk "memancing" jurnalis itu kembali ke Saudi.
Khashoggi terakhir terlihat pada Selasa (2/10/2018) saat memasuki kantor Konsulat Arab Saudi di Istanbul, Turki, untuk mempersiapkan dokumen terkait rencana pernikahannya dengan perempuan Turki.
Sejak memasuki kantor konsulat, dia tak pernah muncul lagi dan hilang bak ditelan bumi.
Sumber di Turki, mengutip polisi yang melakukan penyelidikan, meyakini Khashoggi tewas dibunuh di konsulat. Menurut sumber itu, Saudi membunuh jurnalis di dalam konsulatnya, bahkan ada tim khusus pembunuh yang memutilasi Khashoggi menjadi potongan-potongan sehingga tubuhnya dapat dipindahkan dengan menggunakan van.
Editor: Nathania Riris Michico