Jutaan Warga Depresi akibat Perang Gaza, Israel Kekurangan Terapis dan Psikolog
TEL AVIV, iNews.id - Dua tahun setelah perang Gaza pecah pada Oktober 2023, Israel menghadapi krisis kesehatan mental terbesar dalam sejarah modernnya. Hampir 2 juta warga, termasuk tentara aktif dan cadangan, dilaporkan membutuhkan dukungan psikologis mendesak.
Namun jumlah terapis, psikolog, dan tenaga kesehatan mental jauh dari cukup untuk menangani gelombang trauma yang terus meningkat.
Laporan terbaru dari surat kabar Israel Yedioth Ahronoth menggambarkan kondisi yang memburuk dengan cepat: masyarakat yang selama ini dikenal solid dan resilien kini justru berada di ambang kelelahan emosional.
Lonjakan Trauma dan Kekacauan Sosial
Para ahli menyebut perang berkepanjangan telah merusak sendi-sendi sosial Israel. Krisis mental tak hanya menimpa warga sipil, tapi juga tentara yang kembali dari garis depan Gaza.
“Sebagian besar penduduk yang selama ini menunjukkan kekuatan luar biasa kini tertekan dan depresi setelah 2 tahun perang. Situasinya jauh lebih parah dari sebelumnya,” ujar psikolog klinis, Merav Roth, dikutip Selasa (25/11/2025).
Bahkan sebelum perang, sistem kesehatan mental Israel telah berada dalam kondisi kekurangan staf. Setelah perang pecah, kondisi itu berubah menjadi krisis nasional:
Para penyintas trauma menegaskan bahwa masalah terbesar justru muncul setelah tentara pulang dari pertempuran—di saat mereka harus menghadapi mimpi buruk, stres pascatrauma, dan kecemasan kronis.
Kecanduan Narkoba Melonjak Tajam
Dampak sosial lain yang tak kalah mengkhawatirkan adalah lonjakan penggunaan dan kecanduan narkoba.
Jika pada 2018 angka kecanduan berada pada satu dari 10 orang, kini melonjak drastis menjadi satu dari empat warga Israel. Para ahli menyebutnya sebagai “lonceng bahaya keras” bagi masa depan sosial negara tersebut.
Hancurnya keluarga, tekanan ekonomi, dan ketakutan berkepanjangan disebut sebagai pemicu meningkatnya angka kecanduan selama perang.
Tentara Israel Alami Gelombang Bunuh Diri
Situasi lebih memprihatinkan terjadi di tubuh militer Israel. Data stasiun televisi KAN mengungkap:
Para pakar menilai angka ini dapat meningkat jika pemerintah tak segera memperkuat dukungan psikologis bagi personel militer.
Kekurangan Terapis: Ancaman Jangka Panjang
Israel kini berhadapan dengan kenyataan pahit. Jumlah pasien meningkat jutaan, tetapi terapis hanya bertambah sedikit atau bahkan stagnan.
Para pakar memperingatkan, generasi mendatang akan menanggung harga mahal dari krisis psikologis ini. Anak-anak yang tumbuh di tengah perang dan orang dewasa yang kehilangan rasa aman diprediksi memasuki masa depan dengan luka mental yang sulit dipulihkan.
“Ini bukan hanya krisis hari ini. Ini krisis satu dekade atau bahkan lebih,” ujar seorang penyintas trauma yang mewakili komunitas terapis.
Editor: Anton Suhartono