Get iNews App with new looks!
inews
Advertisement
Aa Text
Share:
Read Next : Indonesia Kerja Sama dengan Rusia, Bikin Kapal Cepat Ramah Lingkungan
Advertisement . Scroll to see content

Kalah dari Azerbaijan, PM Armenia Kini Diteriaki Rakyat 'Nikol Si Pengkhianat'

Minggu, 06 Desember 2020 - 01:36:00 WIB
Kalah dari Azerbaijan, PM Armenia Kini Diteriaki Rakyat 'Nikol Si Pengkhianat'
Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan. (Foto: AFP)
Advertisement . Scroll to see content

YEREVAN, iNews.id – Kalah bertempur dengan Azerbaijan begitu menyakitkan bagi rakyat Armenia. Pada Sabtu (5/12/2020), ribuan demonstran berunjuk rasa di Ibu Kota Armenia, Yerevan, menuntut Perdana Menteri Nikol Pashinyan untuk mundur dari jabatannya.

Pashinyan mengumumkan perjanjian damai dengan Azerbaijan pada 9 November lalu, mengakhiri perang enam minggu atas wilayah Nagorno-Karabakh yang disengketakan kedua negara. Pertempuran kala itu menewaskan ribuan orang.

Berdasarkan kesepakatan yang ditengahi Rusia tersebut, Armenia setuju untuk menyerahkan tiga wilayah distrik kepada Azerbaijan. Selain itu, empat distrik lainnya yang dimenangkan oleh pasukan Azerbaijan selama pertempuran yang dikendalikan oleh kelompok separatis Armenia sejak 1990-an juga dikembalikan.

Keputusan damai itu memicu kemarahan di kalangan rakyat Armenia. Para demonstran menyerbu dan menggeledah gedung-gedung pemerintah setempat, dan sejak itu menggelar unjuk rasa hampir setiap hari di Yerevan. Mereka menuntut agar Pashinyan segera mundur.

Sang perdana menteri sejauh ini masih mampu melewati badai protes di negerinya. Akan tetapi, demonstrasi pada Sabtu kemarin tampaknya menjadi unjuk rasa terbesar di Armenia. Sekitar 10.000 pendemo berkumpul di pusat kota Yerevan, tepatnya di Liberty Square, menurut wartawan di tempat kejadian.

Para pengunjuk rasa meneriakkan “Nikol si pengkhianat!” dan “Armenia tanpa Nikol!”. Mereka juga mengibarkan bendera Armenia dan Karabakh.

“Nikol adalah mayat politik. Saya tidak berencana mengikuti mayat itu ke kuburan,” kata salah satu demonstran, Manya Khachatryan (49), kepada AFP.

“Gara-gara dia, tanah air kami, masyarakat kami, telah menerima luka-luka sedemikian rupa sehingga perlu beberapa generasi untuk menyembuhkannya,” katanya.

Pashinyan, yang istri dan putranya berada di garis depan selama konflik di Nagorno-Karabakh, mengatakan bahwa kesepakatan damai adalah satu-satunya pilihan Armenia untuk menjamin kelangsungan hidup Karabakh.

Meskipun daerah kantong etnik Armenia itu kehilangan sebagian besar wilayahnya, masa depannya akan dijamin oleh hampir 2.000 penjaga perdamaian Rusia yang akan dikerahkan untuk mandat lima tahun yang dapat diperbarui.

Pada Rabu (2/12/2020) lalu, Presiden Rusia Vladimir Putin memuji langkah Pashinyan menyetujui kesepakatan damai dengan Azerbaijan. Menurut Putin, keputusan itu memang dibutuhkan walau “menyakitkan” bagi Armenia.

Pashinyan menegaskan, dia tidak akan mengundurkan diri. Dalam pidato yang disiarkan televisi lokal pada Sabtu kemarin, dia mengatakan bahwa prioritas pemerintahnya adalah mengembalikan tawanan perang Armenia dan jenazah orang-orang yang tewas dalam pertempuran dengan Azerbaijan beberapa waktu lalu.

Editor: Ahmad Islamy Jamil

Follow WhatsApp Channel iNews untuk update berita terbaru setiap hari! Follow
iNews.id
iNews Network
Kami membuka kesempatan bagi Anda yang ingin menjadi pebisnis media melalui program iNews.id Network. Klik lebih lanjut