Kaleidoskop 2025: Daftar Negara yang Diserang Israel Sepanjang Tahun Ini
JAKARTA, iNews.id - Israel menjadi sorotan sepanjang 2025 akibat keterlibatannya dalam banyak perang. Bisa dibilang, Israel menjadi negara paling aktif di dunia yang terlibat peperangan fisik sepanjang tahun ini.
Jumlah negara yang terlibat konfrontasi bersenjata dengan Israel pada 2025 lebih banyak dibandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.
Jika sebelumnya Israel hanya berperang dengan pejuang Palestina di Jalur Gaza atau Tepi Barat serta dengan Lebanon dan Suriah, kini lebih banyak lagi yang menjadi sasaran.
Israel menyerang setidaknya enam negara pada 2025, yakni Palestina, Iran, Lebanon, Qatar, Suriah, dan Yaman. Serangan ke Qatar merujuk pada percobaan pembunuhan terhadap para pemimpin Hamas yang sedang merumuskan negosiasi damai usulan Presiden AS Donald Trump.
Di sampingitu, Israel juga melakukan serangan terhadap perairan teritorial Tunisia, Malta, dan Yunani, yakni menargetkan kapal atau armada misi kemanusiaan yang menuju Gaza.
Data Armed Conflict Location and Event Data (ACLED), lembaga pemantau konflik independen, sejak 1 Januari hingga 5 Desember, Israel melakukan setidaknya 10.631 serangan, menandai salah satu aksi militer paling luas secara geogragis dalam satu tahun.
Sumber ACLED merujuk pada berita lokal, nasional, dan internasional serta laporan dari badan-badan internasional.
Di mana Israel paling banyak menyerang? Jalur Gaza menjadi target Israel paling mematikan. Sepanjang 2025, militer Israel membunuh lebih dari 25.000 orang dan melukai setidaknya 62.000 orang.
Israel juga telah ratusan kali melanggar gencatan senjata terbaru Gaza yang berlaku pada 10 Oktober, menewaskan setidaknya 400 orang dan melukai 1.100 lainnya.
Selain itu perairan Tunisia dua kali serta perairan Malta dan Yunani masing-masing satu kali.
Statistik ini berdasarkan laporan yang terverifikasi dan kemungkinan meremehkan jumlah serangan sebenarnya karena adanya kesenjangan pelaporan di zona konflik.
Sepanjang tahun, Israel melancarkan setidaknya 8.332 kali serangan di seluruh Palestina atau rata-rata 25 per hari. Ini termasuk setidaknya 7.024 serangan di Gaza dan 1.308 di Tepi Barat.
Selain dilakukan tentara, serangan juga melibatkan pemukim ilegal Yahudi di Tepi Barat.
Kantor Koordinasi Urusan Kemanusiaan (OCHA) mendokumentasikan rekor 1.680 serangan pemukim di lebih dari 270 komunitas atau rata-rata lima serangan per hari.
Meskipun menyepakati gencatan senjata dengan Hizbullah, Israel melancarkan lebih dari 1.653 serangan di seluruh Lebanon sepanjang tahun ini atau rata-rata hampir lima kali sehari.
Bahkan setelah gencatan senjata berlaku pada November 2024, Israel terus melakukan serangan, sebagian besar terkonsentrasi di Lebanon selatan, meski meluas ke Lembah Bekaa dan pinggiran Ibu Kota Beirut.
Militer Israel juga tetap menempatkan tentara di lima lokasi dataran tinggi Lebanon selatan meski ada komitmen formal untuk menarik diri dari daerah tersebut.
Citra satelit dari Dhayra, Lebanon selatan, menunjukkan seluruh area rata dengan tanah akibat serangan Israel.
Israel memulai serangan besar-besaran ke Iran pada 13 Juni, melibatkan 200 jet tempur. Serangan itu menghantam puluhan fasilitas nuklir, militer, dan infrastruktur lain di seluruh Iran.
Selama konflik 12 hari tersebut, Israel juga menyerang permukiman penduduk, menewaskan beberapa ilmuwan nuklir dan komandan militer.
Amerika Serikat pada 22 Juni bergabung dalam serangan tersebut, mengebom tiga fasilitas nuklir yakni Fordow, Natanz, dan Isfahan.
Iran membalas dengan ratusan rudal balistik terhadap kota-kota Israel.
Menurut perhitungan ACLED, Israel melancarkan setidaknya 379 serangan udara atau drone di 28 dari 31 provinsi Iran selama periode tersebut.
Israel melancarkan lebih dari 200 serangan terhadap Suriah, sebagian besar terkonsentrasi di Provinsi Quneitra, Deraa, dan Damaskus.
Israel sebenarnya telah menyerang Suriah sejak beberapa tahun lalu, namun tahun ini lebin intensif. Negara Yahudi itu berusaha mencari pembenaran atas tindakannya dengan mengklaim menghancurkan instalasi militer Iran.
Sejak jatuhnya pemerintahan Bashar Al Assad pada Desember 2024, Israel mengklaim berupaya mencegah senjata jatuh ke tangan ekstremis.
Pada 16 Juli, Israel menyerang markas Kementerian Pertahanan Suriah dan lokasi di dekat istana presiden di Damaskus, yang secara dramatis meningkatkan front militer lain di kawasan tersebut.
Selama setahun terakhir, Israel melancarkan setidaknya 48 serangan terhadap kelompok Houthi di Yaman. Negara ini termasuk yang terjauh dari Iran, sekitar 1.200 km.
Pada 28 Agustus 2025, serangan udara Israel menargetkan lokasi pertemuan pemerintah Houthi di Ibu Kota Sanaa, menewaskan Perdana Menteri Houthi Ahmed Al Rahawi dan beberapa pejabat senior lainnya.
Israel juga menargetkan infrastruktur yang dikendalikan Houthi di Yaman, termasuk bandara internasional Sanaa, pelabuhan Hodeidah, dan beberapa pembangkit listrik.
Pada 6 Mei 2025, Amerika Serikat dan Houthi menyepakati gencatan senjata. Namun, ini tidak berlaku dengan Israel yang tetap menjadi target serangan kelompok tersebut sebagai bentuk solidaritas terhadap Gaza.
Israel menyerang Ibu Kota Doa, Qatar, pada 9 September. Targetnya adalah lokasi pertemuan pimpinan Hamas yang membahas gencatan senjata Gaza.
Serangan itu terjadi di daerah Laguna Teluk Barat, lokasi kantor-kantor kedutaan besar asing, sekolah, supermarket, dan perumahan yang dihuni warga Qatar serta warga asing.
Serangan itu menewaskan enam orang, termasuk putra pemimpin senior Hamas Khalil Al Hayya, direktur kantor Al Hayya, tiga pengawal, dan seorang petugas keamanan Qatar. Namun, para pemimpin Hamas dilaporkan selamat dari serangan tersebut.
Setelah serangan Israel, Presiden AS Donald Trump menandatangani instruski presiden yang memberikan jaminan keamanan terhadap Qatar jika diserang kembali.
Pada 2025, sejumlah armada kebebasan internasional berlayar menuju Gaza dengan tujuan memberikan bantuan kepada warga Gaza.
Saat bersiap berlayar ke Gaza pada 2 Mei, kapal Conscience, dioperasikan oleh Freedon Flotilla Coalition, diserang dua kali oleh drone bersenjata, berjarak hanya 26 km dari pantai Malta.
Serangan itu memicu kebakaran dan meyebabkan empat orang luka, termasuk luka bakar dan luka robek.
Pada 9 September, Armada Global Sumud Flotilla yang menuju Gaza juga diserang oleh drone di pelabuhan Sidi Bou Said, Tunisia, menyebabkan kebakaran. Namun semua penumpang dan kru selamat.
Kemudian pada 24 September, Israel menyerang penyelenggara armada tersebut hingga terjadi ledakan akibat beberapa serangan drone di lepas pantai Yunani.
Editor: Anton Suhartono