Kamboja Senang Kena Tarif 19%, Bilang ke Trump Cuma Bisa Beli 10 Pesawat Boeing
Industri Padat Karya Jadi Taruhan
Sektor manufaktur tekstil dan alas kaki Kamboja mempekerjakan hampir 1 juta buruh, mayoritas perempuan, yang menghidupi hingga lima anggota keluarga per rumah tangga.
Tanpa kelonggaran tarif, kata Chanthol, dampaknya bisa sangat besar bagi jutaan warganya.
“Kalau tarif tetap tinggi, industri kami runtuh, dan akan terjadi pengangguran massal,” tuturnya.
Surplus Dagang Besar, Tapi Daya Beli Terbatas
Ekspor Kamboja ke pasar AS pada 2024 mencapai hampir 10 miliar dolar AS atau 37,9 persen dari total ekspor nasional. Mayoritas berupa tekstil dan sepatu. Namun di balik angka ekspor yang tinggi, Chanthol mengakui daya beli negaranya masih terbatas.
Pendekatan Kamboja dalam negosiasi dengan AS disebut Chanthol sebagai meletakkan semua kartu di atas meja. Baginya, kejujuran dan iktikad baik adalah kunci agar kedua negara dapat memperoleh manfaat bersama dari kerja sama dagang.
“Ini bukan soal siapa menang. Ini soal memastikan kedua pihak mendapatkan sesuatu yang berarti. Kami hanya minta kesempatan untuk bertahan,” tuturnya.
Editor: Anton Suhartono