Kasus Penembakan Mantan PM Jepang Shinzo Abe Guncang Dunia, Ini Alasannya
TOKYO, iNews.id - Kasus penembakan terhadap mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe menggemparkan dunia. Pasalnya, Jepang dinilai sebagai kejahatan yang relatif rendah dan kontrol senjata yang ketat.
Dilansir dari ABC News, tersangka tampaknya menghindari peraturan senjata ekstra ketat negara dengan merakit sendiri senjatanya. Polisi mengatakan pistol sepanjang 40 sentimeter itu jelas buatan sendiri.
Saat pihak berwenang menggerebek apartemen tersangka, mereka juga menyita senjata serupa.
Kekerasan senjata mematikan hampir tidak pernah terdengar di Jepang. Warga di sana hidup tanpa pernah memegang atau bahkan melihat senjata sungguhan. Kejahatan pembunuhan di Jepang lebih sering menggunakan senjata tajam.
Sementara itu, universitas-universitas besar yang memiliki organisasi senapan dan polisi Jepang juga bersenjata. Akan tetapi hak kepemilikan senjata telah menjadi isu yang jauh dari pembicaraan selama beberapa dekade. Polisi pun jarang menggunakan pistol mereka.
Tahun lalu, Jepang hanya memiliki 10 kasus kriminal terkait senjata. Dari 10 kasus tersebut, ada satu kematian dan empat cidera. Delapan dari kasus tersebut terkait dengan geng.
Bahkan di Tokyo tidak ada kasus terkait senjata, cidera atau kematian tahun lalu. Padahal, ada 61 senjata yang disita di kawasan tersebut.
"Orang-orang Jepang dalam keadaan shock," kata Shiro Kawamoto, profesor di College of Risk Management di Nihon University Tokyo.
Dia menambahkan, kasus penembakan ini menjadi peringatan bagi semua pihak bahwa kekerasan bersenjata juga dapat terjadi di Jepang. Selain itu, SOP terkait perlindungan terhadap politisi Jepang perlu diperiksa kembali.
"Menganggap serangan semacam ini tidak akan pernah terjadi akan menjadi kesalahan besar,” katanya.
Dalam hukum Jepang, kepemilikan senjata api adalah ilegal tanpa izin khusus. Termasuk kegiatan impor senjata juga dinilai ilegal. Aturan yang sama berlaku untuk beberapa jenis pisau dan senjata tertentu lainnya, seperti busur silang.
Orang yang ingin memiliki senjata api pun harus melalui pemeriksaan latar belakang yang ketat, termasuk izin dari dokter dan menyertakan informasi tentang anggota keluarga. Mereka juga harus lulus tes untuk menunjukkan bahwa mereka tahu cara menggunakan senjata dengan benar.
Mereka yang melewati dan membeli senjata juga harus membeli sistem penguncian khusus untuk itu pada saat yang bersamaan.
Menurut Direktur Armament Research Services, sebuah firma investigasi senjata spesialis, N.R. Jenzen-Jones, senjata yang digunakan dalam serangan terhadap Abe mungkin adalah senjata api rakitan. Dia membandingkan senjata itu dengan senapan di mana bubuk mesiu dimuat secara terpisah dari peluru.
“Undang-undang senjata api di Jepang sangat ketat. Jadi saya pikir senjata yang digunakan memilikiki moncong. Bukan hanya upaya untuk menghindari kontrol senjata api, tetapi juga kontrol ketat amunisi di Jepang," katanya.
Editor: Umaya Khusniah